Minggu, 01 Januari 2012

PERSEPSI


A.   Definisi Persepsi
Secara umum pengertian persepsi dirumuskan oleh Robbin (2001) yaitu suatu proses dengan mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan yang diterima melalui indranya agar mendapat pengertian tentang lingkungannya. Sedangkan pendapat yang lain menurut Luthans (1981), proses persepsi meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan, dan penafsiran. Walaupun persepsi sangat tergantung pada penginderaan data, proses kognitif barangkali bisa menyaring, menyederhanakan atau mengubah secara sempurna data tersebut. Senada dengan pendapat diatas yaitu pendapat  Krech dalam Toha (2001) mengartikan persepsi merupakan suatu proses kognitif yang komplek dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya. Menurut Toha (2001) persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Pendapat lebih sederhana diungkapkan oleh Gibson et al. (1986) bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan persepsi adalah proses kognitif yang dialami seseorang dalam menerima data/segala sesuatu (obyek, benda, kejadian, manusia) yang berasal dari lingkungannya melalui panca indra, selanjutnya diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan untuk memperoleh gambaran pengertian tertentu, yang dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya. Oleh karena itu tiap-tiap individu memberi arti kepada stimulus, maka individu yang berbeda-beda akan melihat barang yang sama dengan cara yang berbeda-beda.
B. Proses Persepsi
            Proses persepsi berkenaan dengan bagaimana persepsi terbentuk dan bagaimana persepsi mempengaruhi sikap dan perilaku. Ini berarti proses persepsi menggambarkan bagaimana obyek, kejadian, dan orang diterima dan bagaimana masukan persepsi tersebut diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga memberikan arti tertentu bagi orang yang memandang. Dari pernyataan diatas maka dapat diperoleh gambaran yang jelas bahwa proses persepsi terdiri dari beberapa tahap. Tahap-tahap dalam proses persepsi adalah sebagai berikut :
  1. Penerimaan stimulus
  2. Seleksi stimulus
  3. Pengorganisasian stimulus
  4. Interpretasi stimulus
  5. Reaksi
Proses persepsi dimulai jika seseorang dihadapkan dengan stimulus (berupa data, informasi, obyek, situasi, kejadian dan orang) yang berasal dari lingkungan termasuk situasi kerja dalam organisasi formal secara menyeluruh diterima melalui panca indra. Stimulus/rangsangan dari luar dan yang yang mencapai panca indra manusia sangat banyak dan tidak terbatas jumlahnya, tidak mungkin seseorang memperhatikan semua stimulus. Sehingga dalam hal ini perlu adanya seleksi terhadap stimulus yang ada tersebut. Dalam tahap seleksi stimulus ini dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu :
  1. Faktor dari dalam yaitu faktor yang berasal dari diri seseorang yang memandang atau mempersepsikan
  2. Faktor dari luar yaitu faktor yang berasal dari stimulus atau obyek yang dipersepsikan.
Dalam hal ini yang termasuk faktor dari dalam yaitu :
  1. Motif atau kebutuhan psikologis
      Motif berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dan intensitas motif sangat dipengaruhi oleh mendesak tidaknya pemuasan kebutuhan tersebut.
  1. Sikap dan kepercayaan
      Artinya hal-hal yang memperkuat sikap individu dan kepercayaan akan menarik perhatian. Misalnya orang  yang mempunyai sikap tertentu terhadap pegawai wanita atau pegawai dari kelompok bahasa tertentu besar kemungkinan untuk melihat berbagai hal kecil yang tidak diperhatikan oleh orang lain.
  1. Pengalaman masa lampau
Pengalaman mempersiapnkan seseorang untuk mencari orang-orang, hal-hal dan gejala-gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman pribadinya.
  1. Kepribadian
Orang yang ekstrovert mungkin akan tertarik dengan orang yang serupa demikian sebaliknya.
  1. Belajar
Hasil proses belajar atau pendalaman akan mempengaruhi seleksi persepsi seseorang. Seseorang yang benar-benar memahami sesuatu dengan baik akan mudah tertarik bila mendapatkan informasi tentang hal tersebut, bila dibandingkan dengan oarng yang tidak atau kurang memahaminya.
  1. Harapan
Jika seseorang  mengharapkan sesuatu dan tiba-tiba harapannya mendekati kenyataan atau terwujud maka akan lebih menarik perhatian orang tersebut daripada terhadap sesuatu yang tidak diharapkannya.
  1. Kepentingan.
Kepentingan seseorang juga bisa mempengaruhi seleksi persepsi seseorang. Misalnya seorang manajer yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi mungkin akan tidak senang dengan adanya pegawai baru yang lebih mampu dari dirinya karena dia beranggapan bahwa adanya pegawai tersebut dapat membahayakn kepentingan dan kedudukannya.  
Sedangkan yang termasuk faktor dari luar sebagai berikut :
  1. Intensitas (intensity)
Suatu rangsangan yang lebih intensif akan lebih banyak menarik perhatian dan lebih banyak mendapat tanggapan dibandingkan rangsangan yang kurang intensif, artinya semakin besar intensitas stimulus dari luar maka semakin besar pula hal-hal tersebut dapat dipahami. Misalnya suara keras, bau yang tajam, sinar yang terang akan lebih mudah diketahui dibandingkan dengan suara yang lemah, bau yang tidak tajam, dan sinar yang buram.
  1. Ukuran (size)
Sesuatu atau  benda-benmda yang tampaknya lebih besar akan lebih mudah menarik perhatian atau lebih mudah dilihat daripada yang berukuran kecil.
  1. Keberlawanan (contras)
Hal-hal yang berlawanan atau bertentangan dengan yang lainnya akan menjadi perhatian dan lebih mudah dikenal.
  1. Pengulangan (repetition)
Stimulus dari luar yang diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan yang sekali dilihat.
  1. Gerakan (moving) dan Perubahan (changing)
Seseorang akan memberikan perhatian terhadap hal-hal yang bergerak dan berubah dibandingkan obyek yang diam atau tidak bergerak.
  1. Kekhususan (distinctiveness)
Hal-hal atau sesuatu yang memiliki kekhususan akan lebih menarik dan lebih mudah diingat serta ditanggapi daripada hal-hal atau sesuatu yang biasa-biasa saja
  1. Ketidakpastian (uncertainty)
Hal-hal atau sesuatu kejadian yang belum ada kepastiannya akan lebih menarik dan diperhatikan daripada hal-hal atau kejadian yang sudah pasti
  1. Baru dan tidak lazim (novelty)
Hal-hal atau kejadian yang baru dan tidak lazim akan lebih menarik perhatian untuk ditanggapi daripada hal-hal atau kejadian yang sudah biasa.
  1. Keakraban (familiarity)
Orang-orang dengan latar belakang yang sama akan lebih banyak mendapat perhatian daripada kepada orang-orang dengn latar belakang yang berbeda. Misalnya kita berada di negara asing  kita akan tertarik dengan bentuk wajah yang kita kenal jika kita melihat orang dari negara kita sendiri.
Setelah stimulus-stimulus tersebut mengalami proses seleksi stimulus, langkah berikutnya mengorganisasikan stimulus. Pengorganisasian stimulus dapat dikatakan sebagai usaha penyusunan data atau informasi tentang stimulus kedalam bentuk tertentu secara teratur dan sistematis, sehingga dapat dimengerti atau masuk akal. Pengorganisasian stimulus dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  1. Kesamaan dan ketidaksamaan
  2. Kedekatan dalam ruang
  3. Kedekatan dalam waktu
Kesamaan dan Ketidaksamaan. Sesuatu obyek yang mempunyai kesamaan dan ketidaksamaan ciri, akan dipersepsikan sebagai obyek yang berhubungan dan ketidahhubungan. Artinya obyek yang mempunyai ciri yang sama di persepsi ada hubungannya, sedangkan obyek yang mempunyai ciri tidak sama adalah terpisah. Sebagai contoh seseorang melihat pertandingan sepak bola, 22 pemain akan dilihat sebagai 11 pemain yang berkostum putih-putih dipastikan satu regu berbeda atau bermusuhan dengan 11 pemain yang berkostum merah-hitam.
Kedekatan dalam ruang. Obyek atau peristiwa yang dilihat oleh orang karena adanya kedekatan dalam ruang tertentu, akan dengan mudah diartikan sebagai obyek atau peristiwa yang ada hubungannya. Misalnya terdapat seorang laki-laki, dan seorang perempuan berdiri bersama-sama diperhentian bis kota, akan disangka laki-laki dan perempuan tersebut ada hubungan.
Kedekatan dalam waktu. Obyek atau peristiwa juga dilihat sebagai hal yang mempunyai hubungan karena adanya kedekatan atau kesamaan dalam waktu. Sebagai contoh, jika ada dua atau tiga pemimpin nasional meninggal bersama-sama dalam waktu yang sangat dekat sekali, maka timbul desas desus terjadinya suatu persekongkolan.
Proses Persepsi
Tahap proses persepsi selanjutnya adalah interpretasi terhadap kejadian-kejadian atau obyek yang dipersepsikan. Artinya informasi atau stimulus yang sudah diorganisasikan dengan baik diinterpretasikan atau ditafsir sehingga dapat memperoleh pengertian tertentu. Singkatnya dengan penafsiran informasi dari stimulus diberi arti tertentu. Penafsiran sangat bersifat subyektif dan bergantung pada yang mempersepsikan. Perilaku seseorang sangat tergantung atau ditentukan oleh ketepatan dalam menafsirkan informasi yang masuk. Oleh sebab itu interpretasi atau penafsiran merupakan tahap yang terpenting dan merupakan inti dari persepsi. Seperti pendapat yang dinyatakan oleh Gibson et al. (1986) bahwa ” persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seseorang individu. Setelah melalui tahap interpretasi stimulus maka tahap selanjutnya atau tahap akhir adalah  reaksi  yaitu adanya  respon terhadap stimulasi atau stimulus yang ada.  
C. Persepsi Sosial
            Persepsi kita terhadap orang berbeda dari persepsi kita terhadap obyek mati karena kita menarik kesimpulan mengenai tindakan orang tersebut yang tidak kita lakukan terhadap obyek mati. Sehingga dalam hal ini aspek sosial dalam persepsi memainkan peranan yang amat penting dalam perilaku organisasi. Menurut Toha (2001) persepsi sosial adalah berhubungan secara langsung dengan bagaimana seseorang individu melihat dan memahami orang lain. Proses persepsi sosial ini hanya akan melibatkan orang yang melihat atau menilai (perceiver) dan orang yang dilihat atau dinilai (perceived). Menurut bukunya Toha (2001) orang yang menilai (perceiver) dan orang yang dinilai (perceived) mempunyai karakteristik masing-masing. Karakteristik orang-orang yang menilai (perceiver) dapat dikemukakan antara lain :
  1. Mengetahui diri sendiri itu akan memudahkan melihat orang lain secara tepat.
  2. Karakteristik diri sendiri sepertinya bisa mempengaruhi ketika melihat karakteristik orang lain.
  3. Aspek-aspek yang menyenangkan dari orang lain sepertinya mampu dilihat oleh orang-orang yang merasa dirinya berlebihan.
  4. Ketepatan menilai orang lain itu tidaklah merupakan kecakapan tunggal.
Persepsi seseorang terhadap orang lain tidak bisa dilepaskan dari empat karakteristik ini, sehingga dengan demikian dapat dipahami mengapa seseorang ketika melihat orang lain ukurannya selalu dipulangkan pada dirinya sendiri.
Masih menurut Toha (2001) karakteristik dari orang-orang yang dilihat atau dinilai (perceived) dalam proses persepsi sosial antara lain :
  1. Status orang yang dinilai akan mempuyai pengaruh yang besar bagi persepsi orang yang menilai.
  2. Orang yang dinilai biasanya ditempatkan dalam kategori-kategori tertentu. Hal ini memudahkan pandangan-pandangan orang yang menilai. Biasanya kategori tersebut terdiri dari kategori status dan peranan.
  3. Sifat perangai orang-orang yang dinilai akan memberikan pengaruh yang besar terhadap persepsi orang lain pada dirinya.
Demikianlah beberapa karakteristik dalam proses persepsi sosial antar orang yang mempersepsi dan orang yang dipersepsikan. Apabila kita mengamati orang maka kita berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa mereka berperilaku dengan cara-cara tertentu. Beberapa hal yang ikut menentukan  proses sosial dan yang menghasilkan suatu perilaku dapat dijelaskan berikut ini :
  1. Atribusi
Menurut Toha (2001) atribusi diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang mencari kejelasan sebab-sebab dari perilaku orang lain. Dalam atribusi seseorang tidak hanya tertarik mengamati perilaku dalam organisasi saja, melainkan mencari jawab penyebab dari perilaku orang lain yang diamati. Proses atribusi ini amat bermanfaat dalam persepsi sosial, karena dengan meneliti sebab-sebab  terjadinya suatu perilaku diharapkan persepsi seseorang terhadap orang lain itu sesuai.
Menurut Robbin (2001) teori atribusi yaitu apabila individu-individu mengamati perilaku, mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau faktor eksternal. Sehingga dapat dikatakan apabila individu mengamati perilaku seseorang disebabkan oleh 2 (dua) faktor yaitu :
a.    Faktor internal adalah perilaku yang diyakini berada dibawah kendali pribadi individu tersebut.
b.    Faktor eksternal dilihat sebagai hasil dari sebab-sebab luar yaitu orang itu dilihat sebagai terpaksa berperilaku demikian oleh situasi.
Jika salah satu pegawai terlambat masuk kerja, apabila kita menghubungkan keterlambatan tersebut dengan pesta sampai larut malam dan kemudian ketiduran. Hal ini merupakan suatu atribusi internal. Sebaliknya apabila keterlambatan pegawai tersebut disebabkan adanya kecelakaan mobil sehingga memacetkan lalulintas di jalan yang akan dilewati pegawai tersebut, maka hal ini disebabkan atribut eksternal.
Terdapat 3 (tiga) faktor dalam atribusi, sebagaiberikut :
a.    Kekhususan/ketersendirian
Merujuk kepada apakah seorang individu memperlihatkan perilaku-perilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan. Apakah pegawai yang datang terlambat juga merupakan sumber keluhan bagi rekan-rekan kerjanya karena mereka merasa telah membuang waktu ? Apa yang ingin kita ketahui adalah apakah perilaku ini luar biasa atau tidak. Jika tindakan ini luar biasa kemungkinan besar pengamat memberikan atribut eksternal. Jika tindakan tersebut tidak luar biasa maka akan dinilai sebagai bersifat internal.
b.    Konsensus
Jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang serupa bereaksi dengan cara yang sama. Perilaku pegawai yang terlambat akan memenuhi kriteria ini jika semua pegawai yang mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga datang terlambat.
c.    Konsisten/ketaat asasan
Apakah orang tersebut memberikan reaksi dengan cara yang sama dari waktu ke waktu ? Datang terlambat sepuluh menit di tempat kerja tidak dipersepsikan dengan cara yang sama bagi pegawai yang jarang terlambat dibandingkan dengan pegawai yang sering terlambat.
Salah satu penemuan yang menarik dari teori atribusi ini menurut Robbin (2001) adalah terdapat kekeliruan yang menyimpang atau memutar balik atribusi. Hal ini disebut ”kekeliruan atribusi mendasar” yaitu kecenderungan meremehkan pengaruh faktor-faktor eksternal dan membesar-besarkan pengaruh faktor-faktor internal ketika melakukan penilaian mengenai perilaku orang lain. Individu cenderung menghubungkan sukses mereka sendiri pada faktor-faktor internal seperti kemampuan dan upaya, sedangkan untuk kegagalan yang disalahkan adalah faktor-faktor eksternal seperti nasib kurang mujur dan sebagainya
  1. Stereotipe
Menurut pendapat Robbin (2001) stereotipe yaitu menilai seseorang atas dasar persepsi seseorang terhadap kelompok orang itu. Sedangkan menurut Toha (2001) stereotipe adalah proses yang cenderung melihat orang lain sebagai suatu bagian dari suatu klas atau kategori. Dalam stereotipe terdapat suatu persetujuan umum atas sifat-sifat yang disandang dan timbulnya suatu perbedaan antara sifat yang disandang dengan sifat-sifat senyatanya. Misalnya orang negro itu kasar-kasar, orang kulit putih periang, orang Jawa dinilai halus dan sopan sedang orang Batak itu keras.
Proses stereotipe ini amat besar peranannya di dalam mempengaruhi persepsi sosial. Banyak kelompok yang pada umumnya telah diberikan stereotipe masing-masing dalam suatu organisasi. Diantara kelompok tersebut antara lain kelompok pimpinan, kelompok pengawas, kelompok staf ahli, kelompok sopir.
  1. Efek Halo
Pendapat Robin (2001) efek halo adalah apabila menarik suatu kesan umum mengenai seorang individu berdasarkan suatu karakteristik tunggal. Lebih jelasnya menurut Toha (2001) efek halo melihat seseorang berdasarkan atas satu sifat saja. Efek halo dipergunakan untuk menilai pelaksanaan kerja seseorang berdasarkan atas salah satu sifat yang diketahui oleh yang menilai. Sifat-sifat tersebut antara lain karena kerajinannya, kecerdasannya, penampilan, kerja sama, kedisiplinan dan lain sebagainya.
Suatu hasil penelitan mencatat bahwa ada 3 (tiga) kondisi yang membuat efek halo terjadi, yakni :
a.    Ketika sifat-sifat yang dilihat tidak jelas nampak pada ekspresi perilaku.
b.    Ketika sifat-sifat tersebut tidak sering dijumpai pleh penilai
c.    Ketika sifat-sifat tadi mempunyai implikasi moral
  1. Efek Kontras
Efek kontras dapat memutarbalikkan persepsi. Reaksi kita terhadap seseorang sering dipengaruhi oleh orang lain yang baru saja kita jumpai. Misalnya terdapat 3 (tiga) orang pegawai mendapat tugas untuk menyajikan suatu materi didepan khalayak banyak. Apabila penyaji pertama dan kedua tergagap dalam berbicara maka pada penyaji ketiga meskipun tidak sangat baik dalam menyajikan tetapi penyaji memperoleh nilai yang sangat baik. Hal ini disebabkan karena pembanding yang dipakai adalah penyaji pertama dan kedua yang tidak baik penanpilannya.
Berdasarkan contoh diatas maka dapat diartikan efek kontras yaitu suatu evaluasi atas karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh pembandingan dengan orang lain yang baru saja dijumpai yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik-karakterisitk yang sama.
  1. Proyeksi
Berbicara proyeksi dapat dikatakan sebagai kecenderungan menghubungkan karakteristik sendiri kepada orang lain. Artinya orang-orang yang berproyeksi cenderung mempersepsikan orang lain menurut apa yang mereka anggap serupa. Misalnya diri kita sendiri merupakan orang yang jujur maka akan menganggap semua orang jujur dan dapat dipecaya. Sehingga orang yang bergabung dalam proyeksi cenderung memahami yang lain menurut apa yang mereka sendiri suka dan bukannya menurut apa yang tampaknya benar-benar disukai orang itu.
  1. Persepsi Selektif
Setiap karakteristik yang membuat seseorang, suatu obyek atau peristiwa menyolok akan meningkatkan kemungkinan bahwa karakteristik itu akan dipersepsikan. Ini menjelaskan mengapa besar kemungkinan untuk memperhatikan mobil-mobil yang mirip dengan mobil kita sendiri. Karena kita tidak dapat mengamati semua yang berlangsung disekitar kita, hal inilah yang dimaksud dengan perspektif selektif. Sehingga perspektif selektif dapat dijelaskan bahwa orang-orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman dan sikap.
D.   Kesimpulan
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan yang menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya.
Tahap-tahap dalam proses persepsi adalah penerimaan stimulus, seleksi stimulus, pengorganisasian stimulus, interpretasi stimulus dan proses terakhir yaitu reaksi atau umpan balik. Dalam persepsi yang amat menarik dibicarakan adalah proses pemilihan persepsi yakni suatu proses bagaimana seseorang bisa tertarik pada suatu obyek sehingga menimbulkan adanya suatu persepsi mengenai obyek tersebut. Adapun faktor penyebab bagaimana seseorang tertarik pada obyek tersebut dapat dikelompokkan atas dua hal yakni faktor dari luar diri seseorang dan faktor dari dalam diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NAMA