A. Definisi Persepsi
Secara umum pengertian persepsi dirumuskan oleh Robbin
(2001) yaitu suatu proses dengan mana seseorang mengorganisasikan dan
menginterpretasikan kesan yang diterima melalui indranya agar mendapat
pengertian tentang lingkungannya. Sedangkan pendapat yang lain menurut Luthans
(1981), proses persepsi meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan
seleksi, penyusunan, dan penafsiran. Walaupun persepsi sangat tergantung pada
penginderaan data, proses kognitif barangkali bisa menyaring, menyederhanakan
atau mengubah secara sempurna data tersebut. Senada dengan pendapat diatas
yaitu pendapat Krech dalam Toha (2001)
mengartikan persepsi merupakan suatu proses kognitif yang komplek dan
menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda
dari kenyataannya. Menurut Toha (2001) persepsi pada hakekatnya adalah proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan
penciuman. Pendapat lebih sederhana diungkapkan oleh Gibson et al.
(1986) bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah proses pemberian arti terhadap
lingkungan oleh seorang individu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat
disimpulkan yang dimaksud dengan persepsi adalah proses kognitif yang dialami
seseorang dalam menerima data/segala sesuatu (obyek, benda, kejadian, manusia)
yang berasal dari lingkungannya melalui panca indra, selanjutnya diseleksi,
diorganisasikan dan diinterpretasikan untuk memperoleh gambaran pengertian
tertentu, yang dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya. Oleh karena itu
tiap-tiap individu memberi arti kepada stimulus, maka individu yang
berbeda-beda akan melihat barang yang sama dengan cara yang berbeda-beda.
B. Proses Persepsi
Proses persepsi berkenaan dengan bagaimana persepsi
terbentuk dan bagaimana persepsi mempengaruhi sikap dan perilaku. Ini berarti
proses persepsi menggambarkan bagaimana obyek, kejadian, dan orang diterima dan
bagaimana masukan persepsi tersebut diseleksi, diorganisasikan dan
diinterpretasikan sehingga memberikan arti tertentu bagi orang yang memandang.
Dari pernyataan diatas maka dapat diperoleh gambaran yang jelas bahwa proses
persepsi terdiri dari beberapa tahap. Tahap-tahap dalam proses persepsi adalah
sebagai berikut :
- Penerimaan
stimulus
- Seleksi
stimulus
- Pengorganisasian
stimulus
- Interpretasi
stimulus
- Reaksi
Proses persepsi dimulai jika seseorang dihadapkan dengan
stimulus (berupa data, informasi, obyek, situasi, kejadian dan orang) yang
berasal dari lingkungan termasuk situasi kerja dalam organisasi formal secara
menyeluruh diterima melalui panca indra. Stimulus/rangsangan dari luar dan yang
yang mencapai panca indra manusia sangat banyak dan tidak terbatas jumlahnya,
tidak mungkin seseorang memperhatikan semua stimulus. Sehingga dalam hal ini
perlu adanya seleksi terhadap stimulus yang ada tersebut. Dalam tahap seleksi
stimulus ini dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu :
- Faktor dari
dalam yaitu faktor yang berasal dari diri seseorang yang memandang atau
mempersepsikan
- Faktor dari
luar yaitu faktor yang berasal dari stimulus atau obyek yang
dipersepsikan.
Dalam hal ini yang termasuk faktor dari dalam yaitu :
- Motif atau
kebutuhan psikologis
Motif berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dan intensitas motif
sangat dipengaruhi oleh mendesak tidaknya pemuasan kebutuhan tersebut.
- Sikap dan
kepercayaan
Artinya hal-hal yang memperkuat sikap individu dan kepercayaan
akan menarik perhatian. Misalnya orang
yang mempunyai sikap tertentu terhadap pegawai wanita atau pegawai dari
kelompok bahasa tertentu besar kemungkinan untuk melihat berbagai hal kecil
yang tidak diperhatikan oleh orang lain.
- Pengalaman
masa lampau
Pengalaman mempersiapnkan seseorang untuk mencari
orang-orang, hal-hal dan gejala-gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman
pribadinya.
- Kepribadian
Orang yang ekstrovert mungkin akan tertarik dengan orang
yang serupa demikian sebaliknya.
- Belajar
Hasil proses belajar atau pendalaman akan mempengaruhi
seleksi persepsi seseorang. Seseorang yang benar-benar memahami sesuatu dengan
baik akan mudah tertarik bila mendapatkan informasi tentang hal tersebut, bila
dibandingkan dengan oarng yang tidak atau kurang memahaminya.
- Harapan
Jika seseorang
mengharapkan sesuatu dan tiba-tiba harapannya mendekati kenyataan atau
terwujud maka akan lebih menarik perhatian orang tersebut daripada terhadap
sesuatu yang tidak diharapkannya.
- Kepentingan.
Kepentingan seseorang juga bisa mempengaruhi seleksi persepsi
seseorang. Misalnya seorang manajer yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi
mungkin akan tidak senang dengan adanya pegawai baru yang lebih mampu dari
dirinya karena dia beranggapan bahwa adanya pegawai tersebut dapat membahayakn
kepentingan dan kedudukannya.
Sedangkan yang termasuk faktor dari luar sebagai berikut
:
- Intensitas (intensity)
Suatu rangsangan yang lebih intensif akan lebih banyak
menarik perhatian dan lebih banyak mendapat tanggapan dibandingkan rangsangan
yang kurang intensif, artinya semakin besar intensitas stimulus dari luar maka
semakin besar pula hal-hal tersebut dapat dipahami. Misalnya suara keras, bau
yang tajam, sinar yang terang akan lebih mudah diketahui dibandingkan dengan
suara yang lemah, bau yang tidak tajam, dan sinar yang buram.
- Ukuran (size)
Sesuatu atau
benda-benmda yang tampaknya lebih besar akan lebih mudah menarik
perhatian atau lebih mudah dilihat daripada yang berukuran kecil.
- Keberlawanan (contras)
Hal-hal yang berlawanan atau bertentangan dengan yang
lainnya akan menjadi perhatian dan lebih mudah dikenal.
- Pengulangan (repetition)
Stimulus dari luar yang diulang akan memberikan perhatian
yang lebih besar dibandingkan dengan yang sekali dilihat.
- Gerakan (moving) dan Perubahan (changing)
Seseorang
akan memberikan perhatian terhadap hal-hal yang bergerak dan berubah
dibandingkan obyek yang diam atau tidak bergerak.
- Kekhususan (distinctiveness)
Hal-hal atau sesuatu yang memiliki kekhususan akan lebih
menarik dan lebih mudah diingat serta ditanggapi daripada hal-hal atau sesuatu
yang biasa-biasa saja
- Ketidakpastian
(uncertainty)
Hal-hal atau sesuatu kejadian yang belum ada kepastiannya
akan lebih menarik dan diperhatikan daripada hal-hal atau kejadian yang sudah
pasti
- Baru dan tidak
lazim (novelty)
Hal-hal atau kejadian yang baru dan tidak lazim akan
lebih menarik perhatian untuk ditanggapi daripada hal-hal atau kejadian yang
sudah biasa.
- Keakraban (familiarity)
Orang-orang dengan latar belakang yang sama akan lebih
banyak mendapat perhatian daripada kepada orang-orang dengn latar belakang yang
berbeda. Misalnya kita berada di negara asing
kita akan tertarik dengan bentuk wajah yang kita kenal jika kita melihat
orang dari negara kita sendiri.
Setelah stimulus-stimulus tersebut mengalami proses
seleksi stimulus, langkah berikutnya mengorganisasikan stimulus.
Pengorganisasian stimulus dapat dikatakan sebagai usaha penyusunan data atau
informasi tentang stimulus kedalam bentuk tertentu secara teratur dan sistematis,
sehingga dapat dimengerti atau masuk akal. Pengorganisasian stimulus dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Kesamaan dan
ketidaksamaan
- Kedekatan
dalam ruang
- Kedekatan
dalam waktu
Kesamaan dan Ketidaksamaan. Sesuatu obyek yang mempunyai kesamaan dan ketidaksamaan
ciri, akan dipersepsikan sebagai obyek yang berhubungan dan ketidahhubungan.
Artinya obyek yang mempunyai ciri yang sama di persepsi ada hubungannya,
sedangkan obyek yang mempunyai ciri tidak sama adalah terpisah. Sebagai contoh
seseorang melihat pertandingan sepak bola, 22 pemain akan dilihat sebagai 11
pemain yang berkostum putih-putih dipastikan satu regu berbeda atau bermusuhan
dengan 11 pemain yang berkostum merah-hitam.
Kedekatan dalam ruang. Obyek
atau peristiwa yang dilihat oleh orang karena adanya kedekatan dalam ruang
tertentu, akan dengan mudah diartikan sebagai obyek atau peristiwa yang ada
hubungannya. Misalnya terdapat seorang laki-laki, dan seorang perempuan berdiri
bersama-sama diperhentian bis kota, akan disangka laki-laki dan perempuan
tersebut ada hubungan.
Kedekatan dalam waktu. Obyek atau peristiwa juga dilihat sebagai hal yang
mempunyai hubungan karena adanya kedekatan atau kesamaan dalam waktu. Sebagai
contoh, jika ada dua atau tiga pemimpin nasional meninggal bersama-sama dalam
waktu yang sangat dekat sekali, maka timbul desas desus terjadinya suatu
persekongkolan.
Proses Persepsi
Tahap proses persepsi selanjutnya adalah interpretasi
terhadap kejadian-kejadian atau obyek yang dipersepsikan. Artinya informasi
atau stimulus yang sudah diorganisasikan dengan baik diinterpretasikan atau
ditafsir sehingga dapat memperoleh pengertian tertentu. Singkatnya dengan
penafsiran informasi dari stimulus diberi arti tertentu. Penafsiran sangat
bersifat subyektif dan bergantung pada yang mempersepsikan. Perilaku seseorang
sangat tergantung atau ditentukan oleh ketepatan dalam menafsirkan informasi
yang masuk. Oleh sebab itu interpretasi atau penafsiran merupakan tahap yang
terpenting dan merupakan inti dari persepsi. Seperti pendapat yang dinyatakan
oleh Gibson et al. (1986) bahwa ” persepsi merupakan proses pemberian
arti terhadap lingkungan oleh seseorang individu. Setelah melalui tahap
interpretasi stimulus maka tahap selanjutnya atau tahap akhir adalah reaksi
yaitu adanya respon terhadap
stimulasi atau stimulus yang ada.
C. Persepsi Sosial
Persepsi
kita terhadap orang berbeda dari persepsi kita terhadap obyek mati karena kita
menarik kesimpulan mengenai tindakan orang tersebut yang tidak kita lakukan
terhadap obyek mati. Sehingga dalam hal ini aspek sosial dalam persepsi
memainkan peranan yang amat penting dalam perilaku organisasi. Menurut Toha
(2001) persepsi sosial adalah berhubungan secara langsung dengan bagaimana
seseorang individu melihat dan memahami orang lain. Proses persepsi sosial ini
hanya akan melibatkan orang yang melihat atau menilai (perceiver) dan
orang yang dilihat atau dinilai (perceived). Menurut bukunya Toha (2001)
orang yang menilai (perceiver) dan orang yang dinilai (perceived) mempunyai
karakteristik masing-masing. Karakteristik orang-orang yang menilai (perceiver)
dapat dikemukakan antara lain :
- Mengetahui
diri sendiri itu akan memudahkan melihat orang lain secara tepat.
- Karakteristik
diri sendiri sepertinya bisa mempengaruhi ketika melihat karakteristik
orang lain.
- Aspek-aspek
yang menyenangkan dari orang lain sepertinya mampu dilihat oleh
orang-orang yang merasa dirinya berlebihan.
- Ketepatan
menilai orang lain itu tidaklah merupakan kecakapan tunggal.
Persepsi seseorang terhadap orang lain tidak bisa
dilepaskan dari empat karakteristik ini, sehingga dengan demikian dapat
dipahami mengapa seseorang ketika melihat orang lain ukurannya selalu
dipulangkan pada dirinya sendiri.
Masih menurut Toha (2001) karakteristik dari orang-orang
yang dilihat atau dinilai (perceived) dalam proses persepsi sosial
antara lain :
- Status orang
yang dinilai akan mempuyai pengaruh yang besar bagi persepsi orang yang
menilai.
- Orang yang
dinilai biasanya ditempatkan dalam kategori-kategori tertentu. Hal ini
memudahkan pandangan-pandangan orang yang menilai. Biasanya kategori
tersebut terdiri dari kategori status dan peranan.
- Sifat perangai
orang-orang yang dinilai akan memberikan pengaruh yang besar terhadap
persepsi orang lain pada dirinya.
Demikianlah beberapa karakteristik dalam proses persepsi
sosial antar orang yang mempersepsi dan orang yang dipersepsikan. Apabila kita
mengamati orang maka kita berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa
mereka berperilaku dengan cara-cara tertentu. Beberapa hal yang ikut
menentukan proses sosial dan yang
menghasilkan suatu perilaku dapat dijelaskan berikut ini :
- Atribusi
Menurut Toha (2001)
atribusi diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang mencari kejelasan
sebab-sebab dari perilaku orang lain. Dalam atribusi seseorang tidak hanya
tertarik mengamati perilaku dalam organisasi saja, melainkan mencari jawab
penyebab dari perilaku orang lain yang diamati. Proses atribusi ini amat
bermanfaat dalam persepsi sosial, karena dengan meneliti sebab-sebab terjadinya suatu perilaku diharapkan persepsi
seseorang terhadap orang lain itu sesuai.
Menurut Robbin (2001)
teori atribusi yaitu apabila individu-individu mengamati perilaku, mereka
mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau faktor eksternal.
Sehingga dapat dikatakan apabila individu mengamati perilaku seseorang
disebabkan oleh 2 (dua) faktor yaitu :
a. Faktor internal adalah perilaku yang diyakini berada
dibawah kendali pribadi individu tersebut.
b. Faktor eksternal dilihat sebagai hasil dari sebab-sebab
luar yaitu orang itu dilihat sebagai terpaksa berperilaku demikian oleh
situasi.
Jika salah satu pegawai
terlambat masuk kerja, apabila kita menghubungkan keterlambatan tersebut dengan
pesta sampai larut malam dan kemudian ketiduran. Hal ini merupakan suatu
atribusi internal. Sebaliknya apabila keterlambatan pegawai tersebut disebabkan
adanya kecelakaan mobil sehingga memacetkan lalulintas di jalan yang akan dilewati
pegawai tersebut, maka hal ini disebabkan atribut eksternal.
Terdapat 3 (tiga) faktor dalam atribusi, sebagaiberikut :
a. Kekhususan/ketersendirian
Merujuk kepada apakah seorang individu memperlihatkan
perilaku-perilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan. Apakah pegawai yang
datang terlambat juga merupakan sumber keluhan bagi rekan-rekan kerjanya karena
mereka merasa telah membuang waktu ? Apa yang ingin kita ketahui adalah apakah
perilaku ini luar biasa atau tidak. Jika tindakan ini luar biasa kemungkinan
besar pengamat memberikan atribut eksternal. Jika tindakan tersebut tidak luar
biasa maka akan dinilai sebagai bersifat internal.
b. Konsensus
Jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang
serupa bereaksi dengan cara yang sama. Perilaku pegawai yang terlambat akan
memenuhi kriteria ini jika semua pegawai yang mengambil rute yang sama ke
tempat kerja juga datang terlambat.
c. Konsisten/ketaat asasan
Apakah orang tersebut memberikan reaksi dengan cara yang
sama dari waktu ke waktu ? Datang terlambat sepuluh menit di tempat kerja tidak
dipersepsikan dengan cara yang sama bagi pegawai yang jarang terlambat
dibandingkan dengan pegawai yang sering terlambat.
Salah satu penemuan yang
menarik dari teori atribusi ini menurut Robbin (2001) adalah terdapat
kekeliruan yang menyimpang atau memutar balik atribusi. Hal ini disebut
”kekeliruan atribusi mendasar” yaitu kecenderungan meremehkan pengaruh
faktor-faktor eksternal dan membesar-besarkan pengaruh faktor-faktor internal
ketika melakukan penilaian mengenai perilaku orang lain. Individu cenderung
menghubungkan sukses mereka sendiri pada faktor-faktor internal seperti
kemampuan dan upaya, sedangkan untuk kegagalan yang disalahkan adalah
faktor-faktor eksternal seperti nasib kurang mujur dan sebagainya
- Stereotipe
Menurut pendapat Robbin
(2001) stereotipe yaitu menilai seseorang atas dasar persepsi seseorang
terhadap kelompok orang itu. Sedangkan menurut Toha (2001) stereotipe adalah
proses yang cenderung melihat orang lain sebagai suatu bagian dari suatu klas
atau kategori. Dalam stereotipe terdapat suatu persetujuan umum atas
sifat-sifat yang disandang dan timbulnya suatu perbedaan antara sifat yang
disandang dengan sifat-sifat senyatanya. Misalnya orang negro itu kasar-kasar,
orang kulit putih periang, orang Jawa dinilai halus dan sopan sedang orang
Batak itu keras.
Proses stereotipe ini
amat besar peranannya di dalam mempengaruhi persepsi sosial. Banyak kelompok
yang pada umumnya telah diberikan stereotipe masing-masing dalam suatu
organisasi. Diantara kelompok tersebut antara lain kelompok pimpinan, kelompok
pengawas, kelompok staf ahli, kelompok sopir.
- Efek Halo
Pendapat Robin (2001)
efek halo adalah apabila menarik suatu kesan umum mengenai seorang individu
berdasarkan suatu karakteristik tunggal. Lebih jelasnya menurut Toha (2001)
efek halo melihat seseorang berdasarkan atas satu sifat saja. Efek halo
dipergunakan untuk menilai pelaksanaan kerja seseorang berdasarkan atas salah
satu sifat yang diketahui oleh yang menilai. Sifat-sifat tersebut antara lain
karena kerajinannya, kecerdasannya, penampilan, kerja sama, kedisiplinan dan
lain sebagainya.
Suatu hasil penelitan
mencatat bahwa ada 3 (tiga) kondisi yang membuat efek halo terjadi, yakni :
a. Ketika sifat-sifat yang dilihat tidak jelas nampak pada
ekspresi perilaku.
b. Ketika sifat-sifat tersebut tidak sering dijumpai pleh
penilai
c. Ketika sifat-sifat tadi mempunyai implikasi moral
- Efek Kontras
Efek kontras dapat
memutarbalikkan persepsi. Reaksi kita terhadap seseorang sering dipengaruhi
oleh orang lain yang baru saja kita jumpai. Misalnya terdapat 3 (tiga) orang
pegawai mendapat tugas untuk menyajikan suatu materi didepan khalayak banyak.
Apabila penyaji pertama dan kedua tergagap dalam berbicara maka pada penyaji
ketiga meskipun tidak sangat baik dalam menyajikan tetapi penyaji memperoleh
nilai yang sangat baik. Hal ini disebabkan karena pembanding yang dipakai
adalah penyaji pertama dan kedua yang tidak baik penanpilannya.
Berdasarkan contoh
diatas maka dapat diartikan efek kontras yaitu suatu evaluasi atas
karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh pembandingan dengan orang lain
yang baru saja dijumpai yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada
karakteristik-karakterisitk yang sama.
- Proyeksi
Berbicara proyeksi dapat
dikatakan sebagai kecenderungan menghubungkan karakteristik sendiri kepada
orang lain. Artinya orang-orang yang berproyeksi cenderung mempersepsikan orang
lain menurut apa yang mereka anggap serupa. Misalnya diri kita sendiri
merupakan orang yang jujur maka akan menganggap semua orang jujur dan dapat
dipecaya. Sehingga orang yang bergabung dalam proyeksi cenderung memahami yang
lain menurut apa yang mereka sendiri suka dan bukannya menurut apa yang
tampaknya benar-benar disukai orang itu.
- Persepsi
Selektif
Setiap karakteristik
yang membuat seseorang, suatu obyek atau peristiwa menyolok akan meningkatkan
kemungkinan bahwa karakteristik itu akan dipersepsikan. Ini menjelaskan mengapa
besar kemungkinan untuk memperhatikan mobil-mobil yang mirip dengan mobil kita
sendiri. Karena kita tidak dapat mengamati semua yang berlangsung disekitar
kita, hal inilah yang dimaksud dengan perspektif selektif. Sehingga perspektif
selektif dapat dijelaskan bahwa orang-orang secara selektif menafsirkan apa
yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman dan
sikap.
D. Kesimpulan
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang
dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya,
lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi
adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan yang menghasilkan suatu gambar
unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya.
Tahap-tahap dalam proses persepsi adalah penerimaan
stimulus, seleksi stimulus, pengorganisasian stimulus, interpretasi stimulus
dan proses terakhir yaitu reaksi atau umpan balik. Dalam persepsi yang amat
menarik dibicarakan adalah proses pemilihan persepsi yakni suatu proses
bagaimana seseorang bisa tertarik pada suatu obyek sehingga menimbulkan adanya
suatu persepsi mengenai obyek tersebut. Adapun faktor penyebab bagaimana
seseorang tertarik pada obyek tersebut dapat dikelompokkan atas dua hal yakni
faktor dari luar diri seseorang dan faktor dari dalam diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
NAMA