Minggu, 01 Januari 2012

NILAI, SIKAP DAN KEPUASAN KERJA


A.   Nilai
Nilai berhubungan erat dengan sikap, dalam arti bahwa nilai itu dapat digunakan sebagai suatu cara mengorganisasi sejumlah sikap. Menurut Gibson et al. (1986) pengertian nilai didefinisikan sebagai kumpulan dari perasaan senang dan tidak senang, pandangan, keharusan, kecenderungan dalam diri orang, pendapat yang rasional dan tidak rasional, prasangka dan pola asosiasi yang menentukan pandangan seseorang tentang dunia. Sedangkan nilai menurut Robbin (2001) yaitu keyakinan-keyakinan dasar bahwa suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari eksistensi yang khas lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan suatu modus perilaku atau keadaan akhir eksistensi yang berlawanan.
Nilai mengandung suatu unsur pertimbangan dalam arti nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individu mengenai apa yang benar, baik atau diinginkan. Nilai sangat pening untuk mempelajari perilaku keorganisasian, karena nilai meletakkan dasar untuk memahami sikap dan motivasi serta karena nilai mempengaruhi persepsi kita. Nilai yang kita anut sebagin besar ditentukan oleh faktor genetik. Jadi nilai-nilai dari orang tua memainkan suatu bagian yang  penting dalam menjelaskan akan bagaimana nilai-nilai kita.  Selanjutnya nilai-nilai  ditentukan oleh budaya, guru, teman dan juga pengaruh lingkungan. Nilai-nilai yang dianut seseorang itu tidaklah tetap tetapi apabila nilai-nilai yang dianut seseorang tersebut berubah, maka perubahan itu sangat lambat. Sebagian besar nilai yang kita anut dibangun dalam usia dini (bisa melalui orangtua, guru, teman dan lain-lain). Banyak hal tentang apa yang benar dan salah dirumuskan dari pandangan yang dikemukakan oleh orangtua kita. Ketika menjadi dewasa dan dihadapkan pada sistem nilai lain, mungkin nilai yang kita punya bisa berubah.
Menarik untuk disimak bahwa nilai relatif stabil dan abadi. Hal ini merupakan hasil dari komponen genetik dan cara bagaimana nilai tersebut dipelajari. Penanaman nilai dari orangtua selalu memberitahukan mana perilaku yang diinginkan dan perilaku yang tidak diinginkan. Pembelajaran nilai yang mutlak atau hitam putih inilah, bila digabung dengan suatu yang cukup banyak dari faktor genetik yang kurang lebih menjami kestabilan dan keabadian nilai-nilai tersebut.
B.   Tipe Nilai
Di dalam mengelompokkan nilai maka terdapat 2 (dua) pendekatan/ tipe adalah sebagai berikut :
  1. Nilai Terminal
Diartikan merujuk pada keadaan akhir eksistensi yang sangat diinginkan. Nilai terminal merupakan tujuan yang ingin dicapai seseorang selama hidupnya. Contoh dari nilai terminal menurut Rokeach dalam Robbin (2001) adalah :
a.    Suatu hidup nyaman (hidup makmur)
b.    Suatu hidup yang menggairahkan (hidup aktif, merangsang)
c.    Rasa berprestasi (kontribusi lama)
d.    Suatu dunia damai (bebas dari perang dan konflik)
e.    Suatu dunia yang indah (keindahan alam dan seni)
f.     Kesamaan (persaudaraan, kesempatan yang sama untuk semua)
g.    Keamanan keluarga (merawat orang lain)
h.    Kemerdekaan (ketidakbergantungan, pilihan bebas)
i.      Kebahagiaan (kepuasan)
j.      Harmoni batin (bebas dari konflik batin)
k.    Kesenangan (hidup santai dan dapat dinikmati)
l.      dll
  1. Nilai Instrumental
Yaitu merujuk kemodus perilaku yang lebih disukai atau diinginkan atau cara untuk mencapai nilai-nilai terminal. Contoh dari nilai instrumental masih menurut Rokeach dalam Robbin (2001) adalah :
a.    Ambisius (kerja keras, bercita-cita tinggi)
b.    Berpikiran luas (berpikiran terbuka)
c.    Kapabel (mampu, efektif)
d.    Riang (senang, gembira)
e.    Bersih (rapi, teratur)
f.     Berani (tegak mempertahankan keyakinan)
g.    Memaafkan (bersedia mengampuni orang yang dicintai)
h.    Membantu (bekerja untuk kesejahteraan orang lain)
i.      Jujur (tulus, tidak bohong)
j.      Membantu (bekerja untuk kesejahteraan orang lain)
k.    Memaafkan ( bersedia mengampuni orang lain)
l.      dlll
C.   Sikap
Menurut Mitchell (1982) para ilmuwan sosial umumnya sependapat bahwa sikap dapat dipandang sebagai predisposisi untuk bereaksi dengan cara yang menyenangkan atau tidak terhadap obyek, orang, konsep atau apa saja. Ada beberapa asumsi penting yang menjadi dasar dari definisi diatas. Pertama, sikap berhubungan dengan perilaku. Berdasarkan sikapnya terhadap sesuatu,  seseorang cenderung untuk berperilaku tertentu. Kedua, sikap terikat erat dengan perasaan orang dengan suatu obyek. Sedangkan ketiga, sikap adalah konstruk yang bersifat hipotesis, artinya konsekuensinya dapat diamati, akan tetapi sikap itu sendiri tidak dapat diamati.  
Pendapat yang lain menurut Gibson et al. (1986) mendefinisikan sikap adalah kesiap-siapan mental, yang diorganisasi lewat pengalaman, yang mempunyai pengaruh tertentu kepada tanggapan seseorang terhadap orang, obyek dan situasi yang berhubungan dengannya. Definisi mengenai sikap ini mempunyai pengaruh tertentu pada manajer. Pertama, sikap menentukan kecenderungan orang terhadap segi tertentu dari dunia ini. Kedua, sikap memberikan dasar emosional bagi hubungan interpersonal seseorang dan pengenalannya terhadap orang lain. Ketiga, sikap diorganisasi dan dekat dengan inti kepribadian.
Pengertian sikap menurut Robbin (2001) adalah pernyataan atau pertimbangan evaluatif (baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan) mengenai obyek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Bila ada pegawai mengatakan ”saya menyukai pekerjaan saya” maka pegawai tersebut mengungkapkan sikapnya tentang pekerjaannya. Sikap tidak sama dengan nilai tetapi keduanya saling berhubungan. Hal ini dapat dilihat pada 3 (tiga) komponen dalam sikap yaitu :
  1. Pengertian (cognition) adalah segmen pendapat atau keyakinan akan suatu sikap. Bagian ini terdiri dari persepsi, pendapat, dan kepercayan orang. Bagian kognitif bertautan dengan proses berpikir, dengan tekanan khusus kepada rasionalitas dan logika.  
  2. Keharuan (affect) adalah segmen emosional atau perasaan dari suatu sikap. Komponen ini dipelajari dari orang tua, guru, dan teman sejawat.  
  3. Perilaku (behavior) adalah suatu maksud untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Komponen perilaku ini merupakapan komponen tindakan dari sikap. Cara seseorang bertindak menghadapi orang lain atau sesuatu barang dapat ramah, hangat, agresif, bermusuhan, apatis  atau dengan  sesuatu cara lain.
D.   Sumber Sikap
Ada banyak sumber dari pembentukan sikap. Sikap dibentuk dari orang tua, guru dan anggota kelompok rekan sekerja, masyarakat dan pengalaman pekerjaan sebelumnya. Pengalaman waktu kecil membantu menciptakan sikap individu. Sikap anak muda biasanya sesuai dengan sikap orang tua mereka. Apabila anak-anak mencapai umur sepuluh tahun, mereka mulai lebih kuat dipengaruhi oleh teman sejawat. Kelompok teman sebaya mampu mempengaruhi sikap karena orang ingin diterima oleh orang lain. Anak-anak belasan tahun mencari persetujuan dengan sama-sama memiliki sikap yang serupa atau dengan merubah sikap untuk mengikuti sikap kelompok.
Orang belajar dan mengetahui sikap lewat pengalaman kerja. Mereka mengembangkan sikap terhadap faktor-faktor seperti persamaan upah, evaluasi prestasi, kemampuan manajemen, rancangan kerja dan keanggotaan kelompok kerja.
E.    Tipe Sikap
Berbicara tipe sikap, maka terdapat 3 (tiga) tipe sikap. Tipe sikap tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Kepuasan kerja
Yaitu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja, sebaliknya seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap perkerjaan tersebut.
  1. Keterlibatan kerja
Adalah mengukur derajat sejau mana  atau sampai tingkat mana seseorang memihak pada pekerjaannya, berpartisipasi aktif didalamnya dan menganggap kinerjanya penting bagi harga diri.
Pegawai dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi dengan kuat memihak pada jenis kerja yang dilakukan dan benar-benar peduli dengan jenis kerja tersebut. Tingkat keterlibatan kerja yang tinggi telah ditemukan berkaitan dengan kemangkiran yang lebih rendah dan tingkat permohonan berhenti yang lebih rendah.
  1. Komitmen pada organisasi
Adalah suatu keadaan  atau sampai sejauh mana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuannya, dan berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut. Seperti pada keterlibatan kerja bahwa komitmen pada organisasi memperlihatkan hubungan yang negatif antara kemangkiran dan tingkat keluar masuknya pegawai.
F. Sikap dan Konsistensi
            Orang berusaha keras mempertahankan konsistensi antara komponen-komponen dari sikap yaitu kognisi, afek dan perilaku. Tetapi seringkali komponen-komponen tersebut saling bertentangan dan tidak konsisten. Apabila hal ini terjadi, maka timbullah keadaan yag tidak seimbang. Ketegangan yang terjadi dari keadaan semacam itu hanya akan berkurang apabila tercapai sesuatu bentuk konsistensi.
            Istilah disonansi kognitif berarti suatu inkonsistensi (ketidakkonsistenan) lebih jelasnya menurut Robbin (2001) adalah ketidaksesuaian antara dua sikap atau lebih atau antara perilaku dan sikap. Sedangkan menurut Gibson et al. (1986) istilah disonansi kognitif adalah menguraikan suatu situasi apabila terjadi ketidaksesuaian antara komponen kognitif dan komponen perilaku dari sikap. Disonansi kognitif mempunyai pengaruh penting dalam organisasi. Pertama, disonansi kognitif membentuk menjelaskan pilihan yang diambil oleh orang apabila komponen-komponen itu tidak konsisten. Kedua, teori disonansi kognitif dapat membantu meramalkan kecenderungan orang merubah sikapnya. Hasrat untuk mengurangi disonansi akan ditentukan oleh pentingnya unsur-unsur yang menciptakan disonansi tersebut, derajat pengaruh yang diyakini dipunyai oleh individu terhadap unsur-unsur tersebut dan ganjaran yang mungkin tersangkut dalam disonansi.
G.   Kepuasan Kerja
Pendapat Robbin (2001) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap perkerjaannya. Adapun terdapat faktor-faktor yang sangat penting di dalam mendorong kepuasan kerja, adalah  sebagai berikut :
  1. Kerja yang secara mental menantang.
  2. Ganjaran yang bagus
  3. Kondisi kerja yang mendukung
  4. Rekan sekerja yang mendukung
  5. Kesesuaian antara kepribadian dan pekerjaan
H.   Efek Kepuasan Kerja pada Kinerja Pegawai
Kepentingan para manajer pada kepuasan kerja cenderung berpusat pada efeknya pada kinerja karyawan. Berikut dibawah ini dijelaskan dampak kepuasan kerja pada produktivitas, kemangkiran dan keluarnya pegawai :
1.    Kepuasan kerja dan produktivitas
Terdapat suatu pernyataan ”seorang pekerja yang bahagia adalah seorang pekerja yang produktif”. Suatu riset menunjukkan bahwa jika  ada hubungan yang positif antara kepuasan dan produktivitas, korelasinya secara konsisten rendah. Hubungan kepuasan dan produktivitas dapat diperbaiki apabila memasukkan variabel pelunak misalnya perilaku pegawai tidak dihambat atau dikendalikan oleh faktor luar.
Kesimpulan yang benar bahwa produktivitas membimbing pada kepuasan dan bukan sebaliknya. Jika kita melakukan suatu pekerjan yang baik , secara intrinsik kita merasa senang mengenai hal tersebut. Apalagi dengan organisasi memberi ganjaran untuk produktivitas maka akan menaikkan kepuasan kerja.
2.    Kepuasan kerja dan kemangkiran
Terdapat suatu korelasi yang negatif antara kepuasan kerja dan kemangkiran. Terdapat kecenderungan pegawai yang tidak puas lebih besar kemungkinan untuk mangkir atau tidak bekerja.
3.    Kepuasan kerja dan keluarnya pegawai
Secara khusus tingkat kepuasan kurang penting dalam meramalkan keluarnya pegawai untuk mereka yang berkinerja tinggi. Hal ini disebabkan organisasi melakukan upaya yang cukup besar untuk menahan orang-orang tersebut.  Pegawai tersebut mendapatkan kenaikan upah, pujian, promosi dan sebagainya. Sebaliknya bagi pegawai yang kinerjanya buruk. Sedikit upaya dilakukan oleh organisasi untuk menahan mereka. Bahkan mungkin ada tekanan halus untuk mendorong mereka agar keluar. Oleh karena itu kita mengharapkan bahwa kepuasan kerja lebih penting dalam mempengaruhi mereka yang kinerjanya buruk untuk tinggi daripada pegawai yang kinerjanya unggul atau tinggi.
I.      Ketidakpuasan Pegawai 
Ketidakpuasan pegawai dapat dinyatakan dengan sejumlah cara. Dibawah ini terdapat 4 (empat) cara pegawai didalam menyatakan ketidakpuasannya. Cara mengungkapkan ketidakpuasan pegawai tersebut adalah :
  1. Eksit
Perilaku yang mengarah untuk meninggalkan organisasi. Dalam hal ini pegawai tersebut mencari posisi baru atau minta berhenti.
  1. Suara
Perilaku dengan usaha aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki kondisi. Hal ini mencakup saran perbaikan, membahas problem-problem dengan atasan, dan beberapa bentuk kegiatan serikat buruh.
  1. Kesetiaan
Perilau pasif tetapi optimis menunggu membaiknya kondisi. Hal ini mencakup berbicara membela organisasi menghadapi kritik dari luar dan mempercayai organisasi dan manajemen untuk melakukan hal yang tepat.
  1. Pengabaian
Perilaku yang secara pasif membiarkan kondisi memburuk, termasuk kemangkiran atau datang terlambat secara kronis, upaya yang dikurangi  dan tingkat kekeliruan yang meningkat.
J.    Kesimpulan
Meskipun tidak mempunyai suatu dampak langsung terhadap perilaku, nilai-nilai dengan kuat mempengaruhi sikap seseorang.  Sehingga pengetahuan mengenai sistem nilai seorang individu dapat memberikan wawasan tentang sikap-sikapnya. Kinerja dan kepuasan seorang pegawai atau karyawan  kemungkinan besar akan lebih tinggi jika nilai-nilainya sesuai dengan organisasi.
Para manajer hendaknya tertarik pada sikap-sikap karyawan mereka karena sikap memberikan peringatan terhadap problem potensial dan karena sikap mempengaruhi perilaku. Para manajer seharusnya juga menyadari bahwa karyawan akan mencoba mengurangi disonansi kognitif. Lebih penting lagi, disonansi dapat dikelola. Jika karyawan meminta untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang tampaknya tidak konsisten atau berlawanan dengan sikap mereka, tekanan untuk mengurangi disonansi yang dihasilkan akan dikurangi bila karyawan itu mempersepsikan bahwa disonansi itu dipaksakan dariluar dan berada di luar kendalinya atai jika ganjaran cukup bermakna untuk mengimbangi disonansi itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NAMA