A. Pengertian
Sebelum kita berbicara definisi motivasi, perlu untuk
meninjau beberapa karakterisitk pokok motivasi.
Menurut Nimran (2004) pada dasarnya ada 3 (tiga) karakteristik pokok
dari motivasi yaitu :1) usaha, 2) kemauan yang keras, 3) arah/tujuan. Maksud
dari masing-masing karakteristik ini dapat diringkas sebagai berikut :
- Usaha
Karakterisitk pertama dari motivasi, yakni usaha, menunjuk pada kekuatan perilaku kerja seseorang
atau sejumlah yang ditunjukkan oleh seseorang dalam pekerjaannya. Tegasnya hal
ini melibatkan berbagai macam kegiatan dan bermacam-macam pekerjaan.
- Kemauan keras
Karakteristik pokok motivasi yang kedua, menunjukkan pada
kemauan keras yang didemonstrasikan oleh seseorang dalam menerapkan usahanya
kepada tugas-tugas pekerjaannya.
- Arah/tujuan
Karakteristik motivasi yang ketiga bersangkutan dengan
arah yang dituju oleh usaha dan kemauan keras yang dimiliki oleh seseorang yang
pada dasarnya berupa hal-hal yang menguntungkan.
Berdasarkan pada ketiga karakteristik pokok motivasi
diatas, maka menurut Nimran (2004), motivasi dapat didefinisikan sebagai
keadaan dimana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada pencapaian
hasil-hasil tertentu. Hasil-hasil yang dimaksud bisa berupa produktivitas, kehadiran,
atau perilaku kerja kreatifnya.
Sedangkan motivasi menurut pendapat Robbin (2001) yaitu
sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk
tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya tersebut untuk
memenuhi beberapa kebutuhan individual. Senada dengan pendapat diatas yaitu
menurut John. P.Campbell, Marvin D. Dunnette, Edward E. Lawler III, Karl E.
Weick dalam Gibson et al. (1986) bahwa
motivasi berhubungan erat dengan :
- Arah perilaku,
- Kekuatan respons
yakni usaha setelah pegawai memilih mengikuti tindakan tertentu
- Ketahanan
perilaku atau berapa lama orang itu terus menerus berperilaku menurut cara
tertentu.
Adapun motivasi menurut pendapat Victor Vroom dalam
Gibson et al. (1986) didefinisikan sebagai suatu proses yang menentukan
pilihan antara beberapa alternatif dari kegiatan suka rela. Sebagian besar
perilaku dipandang sebagai kegiatan yang dapat dikendalikan orang secara suka
rela dan karena itu dimotivasi.
B. Teori Motivasi
Ada banyak teori tentang motivasi. Masing-masing teori
motivasi pada dasarnya berusaha menjelaskan mengapa orang berperilaku tertentu
dan bagaimana motivasi terjadi. Adapun teori-teori motivasi tersebut adalah
sebagai berikut :
- Teori Hirarki
Kebutuhan Maslow
Inti dari teori Abraham
Maslow adalah bahwa kebutuhan itu tersusun dalam suatu hirarki. Menurut Maslow
manusia mempunyai 5 (lima) kebutuhan yang tersusun secara hirarki. Kelima
kelompok kebutuhan menurut Maslow adalah :
a. Faali (fisiologis) yaitu kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal dan
bebas dari sakit.
b. Keamanan yaitu
kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, kemerdekaan, perlindungan.
c. Sosial yaitu
kebutuhan akan teman, kasih sayang, rasa memiliki, persahabatan dan diterima
baik.
d. Penghargaan yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan orang lain misalnya
status, pengakuan dan perhatian.
e. Aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk mengembangkan diri secara
maksimal.
Teori Maslow
mengasumsikan bahwa orang berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih pokok
(fisiologis) sebelum berusaha memenuhi kebutuhan yang tertinggi (aktualisasi
diri). Artinya kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum
kebutuhan yang lebih tinggi terpenuhi.
- Teori ERG
Alderfer
Teori ERG dikembangkan
oleh Clayton Alderfer. Alderfer mengenalkan 3 (tiga) kelompok inti dari
kebutuhan yaitu :
a. E = existence (eksistensi)
Mencakup butir-butir yang oleh Maslow dianggap sebagai
kebutuhan fisiologis dan keamanan.
b. R = relatedness
(hubungan)
Merupakan hasrat yang kita miliki untuk memelihara
hubungan antar pribadi yang penting. Mencakup kategori kebutuhan sosial dan
penghargaan dari Maslow
c. G = growth (pertumbuhan)
Mencakup keinginan dapat bekerja produktif. Jadi
kebutuhan perkembangan meliputi juga kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri
dari Maslow.
Teori ERG merupakan
penajaman atas teori Maslow. Teori ERG tidak mengandaikan suatu hirarki dimana
kebutuhan yang lebih rendah harus lebih dahulu dipuaskan dengan cukup banyak
sebelum dapat maju kepada kebutuhan berikutnya. Dalam teori ERG menjelaskan
bahwa :
a. Dapat beroperasi sekaligus lebih dari satu kebutuhan
b. Jika kepuasan dari
suatu kebutuhan tingkat lebih tinggi tertahan, hasrat untuk memenuhi kebutuhan
tigkat lebih rendah meningkat.
- Teori
Kebutuhan McClelland
Teori ini dikemukakan
oleh David C. McClelland yang mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya
mempunya kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain.
Menurut McClelland, seseorang dianggap mempunyai motivasi
untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya yang
berprestasi lebih baik dari prestasi orang lain. Terdapat 3 (tiga) kebutuhan
manusia menurut McClelland adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan akan prestasi
Kebutuhan akan prestasi adalah dorongan untuk
mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk
sukses. Karakteristik kebutuhan ini yaitu :
§ Suka mengambil resiko
§ Memerlukan umpan balik segera
§ Memperhitungkan keberhasilan
§ Menyatu dengan tugas
b. Kebutuhan akan kekuasaan
Kebutuhan akan kekuasaan yakni hasrat untuk mempunyai
dampak, berpengaruh dan mengendalikan orang lain.
c. Kebutuhan akan afiliasi
Kebutuhan akan afiliasi yaitu hasrat untuk hubungan antar
pribadi yang ramah dan akrab, disukai dan diterima.
- Teori X dan
Teori Y
Gregor menyimpulkan
bahwa pandangan seorang manajer mengenai kodrat manusia didasarkan pada suatu
pengelompokkan pengandaian-pengandaian tertentu dan bahwa manajer cenderung mencetak
perilakunya terhadap bawahannya menurut pengandaian-pengandaian ini.
Douglas McGregor
mengemukakan 2 (dua) pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia. Pada
dasarnya manusia dibedakan menjadi 2 yaitu
:
a. Teori X : pengandaian
bahwa pegawai tidak menyukai kerja, malas, tidak menyukai tanggung jawab dan
harus dipaksa agar berprestasi.
Manajer yang menerima asumsi teori X tentang sifat manusia biasanya akan
mempergunakan pendekatan secara langsung, pengendalian dan pengawasan secara
ketat terhadap bawahannya.
b. Teori Y : pengandaian
bahwa pegawai menyukai kerja, kreatif, berusaha, tanggung jawab, dapat
menjalankan pengarahan diri.
Sedangkan asumsi teori Y, manajer akan bersikap membantu, mendukung dan
mempermudah dalam mengembangkan kreatifitas.
- Teori Motivasi
Higiene oleh Herzberg
Teori Motivasi Higiene
dikemukakan oleh Frederick Herzberg. Menurut Herzberg terdapat 2 (dua) faktor
penting dalam lingkungan kerja para pekerja yaitu :
a. Statisfiers atau motivators atau faktor intrinsik
Faktor ini apabila dipenuhi akan menimbulkan kepuasan
kerja dan motivasi. Sebaliknya tiadanya faktor tersebut tidak akan menimbulkan
ketidakpuasan kerja pegawai. Adapun faktor-faktor yang termasuk ke dalam
kelompok ini diantaranya adalah :
§ Prestasi
§ Pengakuan
§ Pertumbuhan
§ Kerja itu sendiri
§ Kemajuan
§ Tanggung jawab
b. Job-context
factors atau hygiene factors atau faktor
ekstrinsik
Faktor
ini yang apabila dipenuhi dapat menimbulkan ketidakpuasan para pegawai.
Faktor-faktor tersebut adalah :
§ Kebijakan
perusahaan dan administrasi
§ Supervisi
§ Kondisi
kerja
§ Hubungan
antar pribadi
§ Gaji
§ Kondisi
kerja
Kritik
terhadap teori Herzberg ini antara lain adalah sebagai berikut :
a. Prosedur yang digunakan terbatas oleh metodologinya
b. Keandalan metodologi Herzberg dipertanyakan
c. Sebenarnya teori tersebut bukan teori motivasi
d. Tidak digunakan ukuran keseluruhan kepuasan apapun
e. Teori tersebut tidak konsisten dengan riset sebelumnya
f. Metodologi riset yang dia gunakan hanya memandang kepada
kepuasan, bukan produktivitas.
6. Teori Evaluasi Kognitif
Menurut pendapat Robbin
(2001) pengertian dari teori ini yaitu membagi ganjaran-ganjaran ekstrinsik
untuk perilaku yang sebenarnya secara intrinsik telah diberi hadiah, cenderung
mengurangi tingkat motivasi keseluruhan. Teori ini berargumen bahwa bila
ganjaran-ganjaran ekstrinsik digunakan oleh organisasi sebagai hadiah untuk
kinerja yang unggul, ganjaran intrinsik yang diturunkan dari individu-individu
yang melakukan apa yang mereka sukai, akan dikurangi.
Dengan kata lain, bila
ganjaran ekstrinsik diberikan kepada seseorang untuk menjalankan suatu tugas
yang menarik, pengganjaran itu menyebabkan minat intrinsik terhadap tugas itu
sendiri akan merosot. Hal ini disebabkan bahwa individu mengalami hilangnya
kendali terhadap perilakunya sehingga motivasi intrinsik sebelumnya akan
berkurang. Jika teori evaluasi kognitif itu benar, akan masuk akal untuk
membuat upah seorang individu tidak bergantung pada kinerja agar menghindari
berkurangnya motivasi intrinsik.
Kritik terhadap teori
ini antara lain :
a. Banyak studi yang menguji teori ini dilakukan pada
mahasiswa, bukan karyawan organisasi yang berupah.
b. Tingkat motivasi yang sangat tinggi bertahan dengan
kuatnya terhadap dampak yang merusak dari ganjaran ekstrinsik.
c. Teori ini relevan dengan perangkat pekerjaan organisasi
yang berada diantara pekerjaan yang tidak luar biasa membosankan dan tidak luar
biasa menariik.
7. Teori Penetapan Tujuan
Teori penetapan tujuan
menurut pendapat Robbin (2001) bahwa tujuan-tujuan khusus dan sulit menghantar
ke kinerja yang lebih tinggi, dalam arti tujuan yang spesifik atau khusus
merupakan rangsangan internal. Terdapat
beberapa faktor untuk mempengaruhi tujuan
- kinerja, yaitu :
a. Umpan balik
Orang akan melakukan dengan lebih baik bila mereka
memperoleh umpan balik mengenai betapa mereka maju ke arah tujuan, karena umpan
balik membantu mengidentifikasi penyimpangan antara apa yang telah mereka
kerjakan dan apa yang ingin mereka kerjakan.
b. Komitmen terhadap tujuan
Mengandung pengertian yaitu bertekad untuk tidak
menurunkan atau meninggalkan tujuan
c. Keefektifan diri
Pengertiannya merujuk pada keyakinan seorang individu
bahwa dia mampu menyelesaikan suatu tugas.
d. Budaya nasional
Maksudnya adalah ikatan budaya dimana pegawai tersebut
bekerja.
Kesimpulan dari teori
ini bahwa tujuan yang sukar dan spesifik merupakan suatu kekuatan motivasi yang
ampuh yang mengantar pada kinerja yang lebih tinggi. Tetapi tidak ada bukti
bahwa tujuan yang semacam itu berkaitan dengan peningkatan kepuasan kerja.
8. Teori Penguatan
Pendapat Robbin (2001)
teori penguatan mengemukakan tujuan seorang individu akan mengarahkan
tindakannya yang berargumen bahwa penguatanlah yang mengkondisikan perilaku.
Sehingga dapat didefinisikan teori penguatan adalah perilaku merupakan fungsi
dari konsekuensi-konsekuensinya.
Teori ini mengabaikan
keadaan internal dari individu dan memusatkan semata-mata hanya pada apa yang
terjadi pada seseorang bila ia mengambil suatu tindakan.
9. Teori Harapan
Ide dasar yang melandasi
teori harapan atau ekspektansi menurut Nimran (2004) adalah keyakinan bahwa
motivasi ditentukan oleh hasil-hasil yang diharapkan oleh seseorang untuk
dicapai sebagai buah daripada tindakan-tindakan mereka dalam mengembangkan
teori ini. Terdapat 3 (tiga) unsur penting yang menentukan pencapaian
hasil yaitu :
a. Pertautan (instrumentality)
Adalah kemungkinan dimana hasil tingkat pertama (misalnya
produktivitas yang tinggi) akan diikuti oleh hasil kedua (misalnya gaji) atau
dengan kata lain bahwa instrumentality adalah keyakinan bahwa suatu
perbuatan (performance) adalah penting untuk memperoleh imbalan (reward)
b. Valensi (valance)
Adalah nilai yang diharapkan atas hasil, yaitu keadaan
dimana hasil itu cukup menarik atau tidak bagi seseorang. Ini menunjukkan
kuatnya keinginan seseorang untuk memperoleh hasil tingkat pertama. Valensi
mempunnyai nilai poritif apabila seseorang berkeinginan untuk mencapai hasil
tingkat pertama, dan valensi bernilai nol apabila seseorang bertindak acuh tak
acuh terhadap hasil tertentu, dan selanjutnya valensi mempunyai nilai negatif
apabila seseorang lebih suka untuk tidak mencapai hasil tersebut.
c. Harapan (expectancy)
Adalah kemungkinan bahwa pegawai dapat benar-benar
mencapai keluaran (hasil) tingkat pertama tertentu.
Pendapat diatas senada
dengan pendapat menurut Robbin (2001) bahwa teori harapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk
menjalankan tingkat upaya yang tinggi, bila ia meyakini upaya akan menghantar
ke suatu penilaian kinerja yang baik; suatu penilaian yang baik akan mendorong
ganjaran-ganjaran organisasional seperti bonus, kenaikan gaji atau promosi; dan
ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut. Dalam teori yang
dikembangkan oleh Victor Vroom bertolak dari asumsi-asumsi sebagai berikut :
a. Tingkah laku ditentukan oleh gabungan motivasi pada
setiap individu dalam lingkungan tertentu.
b. Setiap membuat keputusan secara sadar tentang tingkah
lakunya
c. Masing-masing individu mempunyai kebutuhan, keinginan dan
tujuan yang berbeda dan karenanya masing-masing orang memperoleh kepuasan yang
berbeda terhadap hasil/penghargaan tertentu
d. Masing-masing individu membuat keputusan dari berbagai
pilihan tingkah laku tergantung pada harapan yang diinginkan, dalam arti sejauh
mana suatu tingkah laku diyakini akan memberikan hasil yang diharapkan.
10. Teori Keadilan
Teori keadilan
dikembangkan oleh J. Stacy Adam. Dalam teori keadilan menurut pendapat Robbin
(2001) diartikan individu membandingkan masukan dan keluaran pekerjaan mereka
dengan masukan/keluaran orang lain dan kemudian berespons untuk menghapuskan
setiap ketidakadilan.
Lebih
jelasnya menurut Gibson et al. (1986) bahwa karyawan membandingkan usaha
mereka dan imbalan mereka dengan usaha dan imbalan yang diterima orang lain
dalam situasi kerja yang serupa. Teori
motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa
individu itu dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil
dalam pekerjaan. Terdapat 4
(empat) istilah penting dalam teori ini adalah :
a. Orang (person) yaitu individu yang merasa
diperlakukan secara adil atau tidak adil.
b. Perbandingan dengan orang lain (comparison other)
yaitu setiap kelompok atau orang yang digunakan oleh orang (person)
sebagai perbandingan mengenai rasio dari input dan perolehan.
c. Masukan (inputs) yaitu karakteristik
individual yang dibawa serta oleh orang (person) ke pekerjaan yang dapat
dicari (misalnya ketrampilan, pengalaman belajar) atau alami (misalnya umur,
jenis kelamin)
d. Perolehan (outcomes) yaitu apa yang diterima
oleh orang (person) dari pekerjaan (misalnya penghargaan, tunjangan,
upah).
Teori
keadilan mengakui bahwa individu-individu tidak hanya peduli akan jumlah mutlak
ganjaran untuk upaya yang mereka lakukan, tetapi juga peduli akan hubungan
jumlah ini dengan apa yang diterima orang lain.
Menurut Nimran (2004) teori motivasi dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori. Kategori tersebut adalah :
- Teori
Kebutuhan
Teori-teori motivasi ini berusaha menjelaskan macam-macam
kebutuhan manusia dan dalam kondisi-kondisi mana mereka termotivasi untuk
memenuhi kebutuhannya. Yang termasuk kedalam kelompok teori ini adalah sebagai
berikut : teori kebutuhan Maslow, teori ERG Alderfer, teori kebutuhan
McCelland, teori Motivasi Higiene Herzberg
- Teori Proses
Teori proses menguraikan dan menganalisis bagaimana
perilaku itu dikuatkan, diarahkan, didukung dan dihentikan. Yang termasuk dalam
teori proses ini yaitu : teori harapan (expectancy theory), teori
keadilan (equity theory) dan teori penguatan (reinforcement theory).
C. Kesimpulan
Perilaku seseorang hakikatnya ditentukan oleh
keinginannya untuk mencapai beberapa tujuan. Keinginan istilah lainnya ialah motivasi. Dengan
demikian motivasi merupakan pendorong agar seseorang melakukan suatu kegiatan
untuk mencapai tujuannya. Motivasi penting untuk tercapainya tujuan baik pada
tingkat individu maupun kelompok. Beberapa teori telah dikembangkan untuk
menjelaskan mengapa motivasi itu timbul dan bagaimana proses motivasi itu
berlangsung.
Beberapa teori kebutuhan yang sudah dijelaskan adalah sebagai berikut : teori kebutuhan
Maslow, teori ERG Alderfer, teori kebutuhan McCelland, teori Motivasi Higiene
Herzberg. Sedangkan terdapat teori
proses yaitu teori harapan, teori keadilan dan teori penguatan. Disamping itu
masih ada teoti evaluasi kognitif dan teori penetapan tujuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
NAMA