Rabu, 04 Januari 2012

Kemiskinan

Dari zaman ke zaman, ummat manusia selalu dihadapkan kepada kenyataan adanya golongan masyarakat yang miskin. Di samping itu, terdapat sekelompok anggota masyarakat yang dapat digolongkan kaya. Hal ini tidak saja tejadi pada negara-negara yang digolongkan miskin, tetapi juga teijadi di negara-negara yang digolongkan kaya.
Keadaan yang sudah berlaku dari zaman ke zaman itu memberi kesan kepada kita bahwa adanya keadaan kaya-miskin seakan-akan sudah merupakan takdir yang tidak dapat lagi diubah. Kesan itu memang tidak salah karena Al-Qur'an memberikan indikasi yang demikian. Karena sedikit banyaknya rizki yang akan diperoleh oleh seseorang merupakan ketentuan Allah. Seperti ditunjukkan oleh ayat-ayat berikut:
"Allah melebihkan setengah kamu dari yang setengah dalam hai rizki. Maka tidaklah orang-orang yang dilebihkan itu mem­berikan rizki mereka atas hamba sahayanya (melainkan Allah juga), maka mereka sama saja padanya. Patutkah mereka ingkar akan nikmat Allah itu." (QS 16:71)
"Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rizki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya " (QS 17:30)
Adanya kelompok kaya dan kelompok miskin disebabkan oleh besar-kecilnya rizki yang mereka terima masing-masing. Allah menciptakan urnmat manusia di bumi, dilengkapi dengan sarana-sarana untuk hidup, berupa alam dengan segala kemudahan-kemudahan yang terdapat di dalamnya. Bahkan Allah telah menetapkan manu­sia sebagai khalifah, pengelola bumi ini.
"Dia yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah ke segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu dibangkitkan (QS 67:15)
Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan rizki memang disediakan, tetapi untuk merealisasi kemungkinan-kemungkinan itu orang harus berusaha. Dan untuk dapat berusaha ini, masing-masing orang dibekali dengan kemampuan. Walaupun manusia dilahirkan sama, namun di dalam perkembangannya manusia dapat memiliki kemampuan yang berbeda, baik secara vertikal maupun secara horizontal. Secara vertikal orang dapat berbeda dalam tingkat kemampuan, baik kemampuan teknis maupun kemampuan manajerial.
"Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa dibumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yanglain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberi-kan-Nya kepadamu." (QS 6:165)
Di samping perbedaan secara vertikal, terdapat perbedaan secara horizontal, di mana orang hanya memiliki kemampuan pada sesuatu bidang atau beberapa bidang keahlian. Sehingga dalam masyarakat tumbuh berbagai spesialisasi dalam lapangan pekerjaan.
Adanya perbedaan tingkatan kemampuan, serta spesialisasi, sebenarnya menunjukkan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing orang dalam kehidupan umumnya, dan prosesproduksi khususnya. Di samping itu, setiap orang menghadapi kenyataan keterbatasan dalam kesempatan, baik karena waktu maupun karena kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Adanya perbedaan dalam kemampuan serta perbedaan dalam kesempatan dapat diduga sebagai sebab-musabab dari perbedaan dalam rizkiyang mungkin diterima oleh seseorang.
"Masing-masing mempunyai tingkatan menurut apa yang telahmereka kerjakan dan agar Allah memenuhi balasan pekerjaan-pekerjaan mereka, sedikit pun mereka tidak teraniaya." (QS 46:19)
Hal ini lebih menegaskan bahwa orang hanya akan mendapatkan imbalan sesuai dengan pekerjaan yang dikerjakan. Sedang jenis dan tingkatan pekerjaan tertentu memberikan imbalan serta keuntungan yang lebih besar dari jenis dan tingkatan pekerjaan yang lain. Akibat lebih lanjut adalah lahirnya golongan kaya dan miskin di dalam masyarakat. Walaupun perbedaan kadar kaya- miskin tersebut dapat berubah-ubah menurut waktu, dan berbeda dari satu masyarakat kepada masyarakat yang lain, hal itu tetap merupakan salah satu mas a! ah besar di dalam masyarakat.
Pemerataan
Kenyataan adanya golongan yang kaya berdampingan dengan mereka yang tergolong miskin dalam masyarakat adalah suatu Sunnatullah. Namun sebenarnya kaya-miskin sendiri sifatnya adalah relatif. Seorang yang tergolong kaya di masyarakat yang miskin, mungkin belum tergolong kaya di negara atau masyarakat yang kaya. Sebaliknya seorang yang tergolong miskin dalam masyarakat yang kaya, mungkin belum dipandang miskin dalam masyarakat yang miskin. Adanya kaya-miskin juga bersifat relatif menurut waktu. Sebab orang yang pada suatu saat fakir atau miskin, dapat saja pada saat yang lain menjadi seorang yang kaya; demikian sebaliknya.
Masalah kaya-miskin dalam masyarakat kadang-kadang dipandang sebagai masalah yang rawan, karena keadaan demikian dapat menimbulkan pertentangan sosial. Perbedaan kaya-miskin yang mencolok dalam masyarakat dipandang juga sebagai bertentangan dengan rasa keadilan. Oleh karena itu jurang perbedaan kaya-miskin dipandang layak untuk dihapuskan atau paling tidak harus dikurangi.
Islam memiliki prinsip-prinsip tersendiri di dalam memandang masalah kaya-miskin serta jalan-jalan yang harus ditempuh untuk mengatasi masalah kaya-miskin tersebut.
1)      Bahwa dalam hidup ini agar kenal-mengenal dan bantu-membantu.
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa, bersuku-suku agar supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di hadirat Allah yalah orang yang paling bertakwa di antara kamu, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal " (QS 44:13)
"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)kebaikan dan takvoa, dan janganlah kamu tolong menolong' dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS 5:2)
2)     Bahwa seorang mukmin dengan yang lain adalah bersaudara,dan selayaknya dapat merasakan penderitaan yang lain.
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hubungan kasih sayang di antara mereka adalah seperti satu badan; apa-bila salah satu anggota badan merasa sakit, maka seluruh badanikut merasakannya dengan rasa panas dan tidak dapat tidur.(H.R. Bukhari-Muslim)
3)     Ummat Islam diwajibkan memperhatikan dan membantu orang miskin dan orang-orang yang berada dalam kesulitan.
"Dan berikanlah kepada keluarga yang dekat akan haknya,kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, danjanganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secaraboros. Sesungguhnya pemboros itu adalah saudara setan dansetan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhan-nya." (QS 17:26 dan 27)
"Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulahorang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkanmemberi makan orang miskin." (QS 107:1-3)
"Tidaklah beriman kepadaku, orang yang semalaman merasa kenyang, sedang tetangganya kelaparan di sampingnya dan ia pun mengetahuinya." (H.R. Thabrani)
4)     Islam mendorong ummat agar selalu beramal dan bersedekah.
"Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan harta mereka di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap bulir tumbuh seratus biji Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi orang yang menghendaki-Nya. Dan Allah Mahaluas (kurnia-Nya) dan Maha Mengetahui." {QS 2:261)
"Apa saja yang kamu belanjakan untuk amal kebaikan, pasti akan diganti oleh Allah; Dia adalah sebaik-baik yang mem berikan rizki." {QS 34:39)
"Bersadaqdh-lah kamu, sesungguhnya sadaqah itu menjauhkan kamu dari neraka (H.R. Thabrani dan Abu Na'im)"
Jagalah dirimu dari neraka, meskipun hanya dengan mensadaqah sebiji kurma. " (H.R. Bukhari-Muslim)
5)     Bahwa setiap Muslim wajib membayar zakat, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. " (QS 9:104)
6)     Ambillah zakat itu dari orang-orang kaya mereka dan berikan kepada orang-orang fakir mereka.
"Sesungguhnya zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang diperlunak hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah (sabilillah) dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan sebagaisuatu ketentuan yang dizvajibkan Allah; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. " (QS 9:60)
Hampir semua golongan yang berhak atas zakat adalah. golongan yang secara ekonomis adalah lunak, baik secara insidentil ataupun secara permanen, kecuali 'amiI atau pengurus zakat.
Untuk mengusahakan pemerataan perlu ada redistribusi pendapatan dan kekayaan dari yang punya kepada yang tidak punya, dari yang kaya kepada yang fakir atau miskin. Jalan bagi redistribusi telah kita peroleh petunjuknya sebagaimana disebutkan pada bagian yang terdahulu, yang meliputi: tolong menolong, sedekah, membayar zakat, semuanya dengan dorongan di samping keagamaan. Masalah yang timbul adalah bagaimana redistribusi itu harus dilaksanakan dalam masyarakat, cara yang bagaimana yang harus kita tempuh.
Dalam memberikan pertolongan kepada anggota masyarakat yang miskin dan golongan masyarakat lemah lainnya seperti yatim piatu, orang-orang yang terlibat utang dan sebagainya, kita dapat menggunakan cara pendekatan sebagai berikut:
1.            Cara pendekatan parsial
Dalam hai ini, pertolongan kepada yang tergolong miskin dilakukan secara langsung, dan bersifat insidentil tergantung tersedianya dana dalam masyarakat. Bahkan termasuk pula pertolongan langsung yang diberikan oleh orang-orang yang mampu kepada orang-orang miskin. Dengan cara ini, masalah kemiskinan mereka dapat diatasi untuk sementara.
2.            Cara pendekatan struktural
Cara pendekatan ini mengutamakan pemberian pertolongan secara kontinyu. Tujuan akhir justru mengangkat golongan miskin dan lemah agar mereka dapat mengatasi kemiskinannya. Bahkan dari golongan yang dibantu diharapkan mereka nantinya menjadi golongan yang turut membantu di dalam masyarakat. Dengan pendekatan ini akan dicari sebab-sebab dari kemiskinan atau kelemahan itu dan berusaha mengatasi sebab-sebab yang menjadikan mereka itu miskin atau lemah. Kalau yang menjadi sebab kemiskinan adalah tiadanya pekerjaan, tentu saja pekerjaan yang perlu diberikan. Kalau dia seorang yang mempunyai kecakapan dan yang diperlukan tambahan modal, maka kepada mereka diberikan modal. Kalau yang diperlukan adalah biaya pendidikan, maka beasiswa yang perlu diberikan kepada mereka.
Dengan cara ini diharapkan pemecahan masalah tidak secara insidentil, tetapi justru mengubah dasar yang menjadi sebab dari kemiskinan atau kelemahan itu. Dalam pendekatan kedua ini diperlukan lembaga Baitul-Mal yang kuat, yang dilengkapi dengan tenaga-tenaga ahli yang dapat membantu memecahkan masalah-masalah kemiskinan dan kelemahan yang diderita oleh banyak anggota masyarakat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NAMA