Ada pelajaran penting yang dapat saya tangkap dari interaksi sosial yang terjalin selama ini, bahwa salah satu bentuk usaha untuk membahagiakan diri sendiri dan orang lain adalah dengan memberikan penghormahan yang pantas dengan yang dihormatinya, salah satu contohnya, memanggil dengan sapaan yang disenanginya, yakni dengan namanya yang sebenarnya atau gelarnya. Sungguh dingin dan berat perasaan orang yang menyebut nama saudaranya dengan konteks-konteks yang tidak jelas misalnya, “ Anda, si ini” atau “Si itu”. Apakah dengan memanggil seperti itu Anda ingin orang lain tidak mengenal Anda, memanggil Anda dengan nama yang salah, atau menyapa dengan gelar yang tidak benar? Saya tidak yakin.
Sikap mengabaikan dan menjatuhkan orang lain menunjukan ketidakpekaan perasaan dan keras kepala.
Seorang istri yang berusaha mengatur rumah, merapikan posisi perabot, dan menambahkan wangi-wangian untuk menyegarkan ruangan, tentu akan tidak habis piker ketika suaminya masuk dan tidak acuh terhadap usaha istrinya ini. Tak ada ekspresi apa-apa, dingin. Sikap suami seperti itu akan memupuskan semangat dan perhatian.
Berilah perhatian terhadap orang lain, ungkapkan rasa terima kasih Anda terhadap hasil karya orang lain, dan pujilah pemandangan yang bagus, bau yang menyegarkan, perbuatan yang baik, sifat yang terpuji, perkataan yang menyentuh, dan buku yang bermanfaat, agar nama Anda dicatat dalam daftar orang-orang yang bisa membalas budi dan jujur sebagai orang yang berkepribadian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
NAMA