A. Pengertian Stress
Setiap manusia dari berbagai lapisan bisa saja mengalami
ketegangan hidup, yang diakibatkan adanya tantangan, kesulitan ancaman ataupun
ketakutan terhadap bahaya kehidupan yang sulit terpecahkan. Sehingga sering kali
didapati mengalami ketegangan, akan merasakan keluhan yang kadang membutuhkan
perawatan medis.
Pada
dasarnya besar kecilnya masalah yang menegangkan tersebut sebenarnya relatif.
Tergantung tinggi rendahnya kedewasaan kepribadian serta bagaimana sudut
pandang seseorang dalam menghadapinya. Namun mayoritas dari mereka yang
mengalami ketegangan mengambil jalan pintas dengan menghisap rokok secara
berlebihan, obat penenang, minuman keras dan lain sebagainya.
Sebagian
besar kita sadar bahwa stress karyawan semakin menjadi masalah dalam
organisasi.
Stress
merupakan suatu respon adaptif terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang
atau mengancam kesehatan seseorang. Kita sering mendengar bahwa stress
merupakan akibat negatif dari kehidupan modern.
Ada
beberapa alasan mengapa masalah stress yang berkaitan dengan organisasi perlu
diangkat kepermukaan pada saat ini. Di antaranya adalah :
1. Masalah stress adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat
dibicarakan, dan posisinya sangat penting dalam kaitannya dengan produktivitas
kerja karyawan.
2. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari
luar organisasi, stress juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal
dari dalam organisasi. Oleh karena itu perlu disadari dan dipahami
keberadaannya.
3. Pemahaman
akan sumber-sumber stress yang disertai dengan pemahaman terhadap cara-cara
mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan siapa saja yang terlibat
dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif.
4. Banyak
diantara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa
organisasi, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stress
meskipun dalam taraf yang paling rendah.
5. Dalam
zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia semakin sibuk. Di
satu pihak peralatan semakin modern dan efisien. Dan di lain pihak beban kerja di satuan-satuan organisasi
juga semakin bertambah. Keadaan ini tentu saja akan menuntut energi pegawai
yang lebih besar dari yang sudah-sudah. Sebagai akibatnya, pengalaman-pengalaman
yang disebut stress dalam taraf cukup tinggi semakin terasa.
Bertolak dari kenyataan di atas, dalam
kesempatan ini saya akan mengemukakan seluk-beluk stress. Khususnya stress pada
karyawan, yang meliputi pengertian-pengertian berbagai konsep,
pengaruh-pengaruh stress terhadap organisasi, sumber-sumber stress yang berasal
dari faktor-faktor organisasional dan kepemimpinan, dan strategi untuk
mengatasi dan mengurangi stress.
Stress kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa
tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stress kerja ini
tampak dari simpton antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak
tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bias
rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan
pencernaan.
Stress
atau stress psikologis telah menjadi topik yang banyak dibicarakan akhir-akhir
ini, baik oleh praktisi, konsultan, maupun ilmuwan. Bagi para ilmuwan, stress telah menjadi kawasan riset
yang cukup menarik perhatian dan kaya akan informasi-informasi ilmuwan.
Berbagai disiplin ilmu seperti kedokteran, psikologi, sosial, manajemen, dan
ilmu perilaku organisasi masing-masing telah memberikan sumbangannya yang
berarti bagi studi tentang stress ini.
Apakah
yang dimaksud dengan stress adalah konteks pembicaraan ini? Stress kini telah
diadopsi menjadi kosakata bahasa Indonesia, dianggap sebagai variasi bahasa,
dan karenanya disini tidak perlu dicarikan padanan kata atau istilahnya dalam
bahasa Indonesia. Yang dibahas dalam buku ini adalah berkenan dengan lingkungan
organisasi, maka stress yang dimaksudkan disini adalah stress yang dialami para
karyawan atau pegawai yang berkaitan dengan pekerjaannya dalam organisasi
dimana ia berada.
Dalam
setiap pembahasan ilmiah tentang stress tidak dapat dilimpahkan jasa Dr. Hans
Selye, seorang peneliti dari Universitas Montreal, ia telah meletakkan dasar
bagi sebagian besar pemikiran dan riset di bidang stress. Dialah orang yang
pertama kali mengemukakan konseptualisasi general adaptation syndrome, atau
GAS, dan karenanya dia sering kali dianggap sebagai The Factor of Stress.
Dia berpendapat bahwa orang-orang hampir memiliki respon fisik yang konsisten
terhadap situasi yang penuh stress. Respon tersebut diberi nama sindroma adaptasi
umum ( general adaptation syndrome ), yakni sistem pertahanan otomatis
yang menolong orang mengatasi tuntutan-tuntutan lingkungan. Sindrome ini memilki 3 (tiga) tingkatan, yaitu :
1. Alarm.
Persepsi yang menantang
atau mengancam meyebabkan otak mengirimkan pesan biokimia ke berbagai bagian
tubuh. Akibatnya terjadi peningkatan kecepatan pernafasan , tekanan darah,
detak jantung, ketegangan otot dan respon fisik lainnya. Tingkatan energi dan efektivitas
penanggulangan dengan segera merespons awal shock. Dalam hal ini syok
yang ekstrim mungkin mengakibatkan tidak adanya kekuatan atau bahkan kematian
sebab tubuh tidak sanggup menghasilkan cukup energi dengan cukup cepat. Pada
sebagian besar situasi, reaksi alarm seseorang terus berjaga-jaga terhadap
kondisi lingkungan dan mempersiapkan tubuh ke arah resisten.
2. Resistensi
Kemampuan mengatasi
perkembangan tuntutan lingkungan yang dimiliki seseorang berada pada tingkat di
atas normal selama tingkat resistensi , karena tubuh digerakkan oleh berbagai
mekanisme biokimia, psikis dan perilaku. Sebagai contoh, kita memiliki tingkat
andrenalin di atas normal selama tingkat resistensi ini. Kita mencurahkan
energi lebih untuk menanggulagi atau menghilangkan sumber stress. Bagaimanapun
resistensi yang kita miliki sebenarnya hanya untuk satu atau dua tuntutan
lingkungan. Akibatnya, kita jadi mudah diserang oleh sumber-sumber stress yang
lain. Hal ini dapat menjelaskan mengapa orang lebih gampang tertular masuk angin,
pilek, atau penyakit lainnya ketika mereka sedang bekerja di bawah tekanan
3. Keletihan
Orang memiliki kapasitas
resistensi yang terbatas sehingga jika sumber stress berlangsung lama maka pada
akhirnya mereka akan pindah ke tingkat
keletihan. Pada sebagian besar situasi, tingkatan ini merupakan bagian
terakhir dari proses panjang sindroma adaptasi umum. Situasi tegang para
pegawai akan berubah sebelum akibat destruktif dari stress menjadi nyata atau
mereka menarik diri dari situasi penuh stress, membangun kembali kemampuan
bertahan mereka dan kembali setelah lingkungan penuh stress berlalu dengan
memperbaruhi energi. Orang yang sering mengalami sindroma adaptasi umum dalam
waktu lama memilki resiko tinggi untuk mengalami kerusakan fisik dan psikis.
Untuk dapat mengelola stress yang berhubungan dengan pekerjaan secara efektif,
kita harus mengerti sebab-sebab dan akibat-akibat stress dengan memahami
perbedaan-perbedaan individual dalam mengalami stress.
Stress
mengandung arti yang jamak, dapat mempunyai arti lain pada orang yang berbeda,
dan menunjuk kepada sesuatu yang akan memerlukan banyak kata untuk mengatakan.
Dalam pernyataan sederhana stress mengakibatkn interaksi antara organisasi
dengan lingkungannya. Dalam kasus kita, maka organismenya adalah manusia dan
lingkungan adalah baik berupa cirri-ciri fisik lingkungan ( misalnya, panas,
kegaduhan, polusi ) ataupun organisme-organisme lain dalam lingkungan itu.
Meskipun
sejumlah peneliti menawarkan banyak definisi yang masing-masing mengandung
unsur-unsur yang khas, pada dasarnya ada dua tipe konsepsi utama yang mereka
pakai, yaitu fisiologis dan psikologis. Berdasarkan perspektif ini Mikhail
dalam Nimran (2004) mengajukan suatu definisi stress sebagai suatu keadaan yang
timbul dari kapasitas tuntutan yang tidak seimbang, baik nyata maupun
dirasakan, dalam tindakan-tindakan penyesuaian organ dan yang sebagian
diwujudkan oleh respon yang nonspesifik. Jadi, definisi ini hendak
mengintegrasikan sekaligus unsur-unsur psikologis dan fisiologis dari stress.
Pengertian
lain mengenai stress adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu menghadapi
peluang, kendala ( constraints ), atau tuntutan ( demand ) yang
terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan
sebagai tidak pasti tetapi penting ( Robin, 2006 ).
B. Tanda-Tanda Stress
Apakah makna dari adanya stress dalam kehidupan
sehari-hari kita? Pada dasarnya, mobilisasi dari mekanisme pertahanan tubuh
bukanlah satu-satunya efek dari stress. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh
stress bisa bermacam-macam. Beberapa di antaranya boleh jadi sangat penting dan
bersifat langsung, sedangkan lainnya mungkin kebanyakan, boleh jadi tidak
langsung dan merupakan representasi keluaran-keluaran sekunder dan tertier.
Beberapa di antaranya, tak diragukan lagi akibat stress sementara lainnya
semata-mata bersifat dugaan adanya kaitan dengan stress. Beberapa mungkin
bersifat positif, misalnya meningkatkan daya dorong atau semangat dan menambah
motivasi diri, sementara yang lain bersifat fungsional, merusak, dan secara
potensial berbahaya.
Menurut
Sopiah (2008) menjelaskan tentang stresor adalah penyebab stress, yakni apa
saja kondisi lingkungan tempat tuntutan fisik dan emosional pada seseorang.
Terdapat banyak stresor dalam organisasi dan aktivitas hidup lainnya. Stresor
yang berhubungan Stresor dengan pekerjaan terbagi menjadi 4 (empat) tipe
utama, yaitu :
- yang bersifat
fisik
Juga kelihatan pada setting kantor, termasuk rancangan
ruang kantor yang buruk, ketiadaan privasi, lampu penerangan yang kurang
efektif dan kualitas udara yang buruk.
- Stress karena
peran atau tugas,
Stresor karena peran/tugas termasuk kondisi di mana para
pegawai mengalami kesulitan dalam memahami apa yang menjadi tugasnya, peran
yang dimainkan dirasakan terlalu berat atau memainkan berbagai peran pada
tempat mereka bekerja.
- Penyebab
stress antarpribadi,
Stresor ini akan semakin bertambah ketika karyawan dibagi
dalam divisi-divisi dalam suatu departemen yang dikompetisikan untuk
memenangkan target sebagai divisi terbaik dengan reward yang menggiurkan.
Perbedaan karakter, kepribadian, latar belakang, persepsi, dan lain-lainnya
memungkinkan munculnya stress.
- Organisasi,
Banyak sekali ragam penyebab stress yang bersumber dari
organisasi. Pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu penyebab stress
yang tidak hanya untuk mereka yang kehilangan pekerjaan, namun juga untuk
mereka yag masih tinggal. Secara khusus mereka yang masih tinggal mengalami
peningkatan beban kerja, peningkatan rasa tidak aman dan tidak nyaman dalam
bekerja serta kehilangan rekan kerja. Restrukturisasi, privatisasi, merger, dan
bentuk-bentuk lainnya merupakan kebijakan perusahaan yag berpotensi memunculkan
stress. Para pekerja harus menghadapi peningkatan ketidakamanan dalam bekerja,
bimbang dengan tuntutan pekerjaan yang semakin banyak dan bentuk-bentuk baru
dari konflik antar pribadi.
C. Akibat-Akibat Stress
Dampak atau akibat dari stress bisa dilihat pada tiga
aspek, yaitu :
- Fisik
Akibat stress pada fisik mudah dikenali. Ada sejumlah
penyakit yang disinyalir karena orang tersebut mengalami stress yang cukup
tinggi dan berkepanjangan, diantaranya adalah penyakit jantung, bisul, tekanan
darah tinggi, sakit kepala, gangguan tidur, tambah sakit jika sedang menderita
sakit.
- Psikis
Dampak stress pada aspek psikis bisa dikenali,
diantaranya adalah ketidakpuasan kerja, depresi, keletihan, kemurungan dan
kurang bersemangat.
- Perilaku
Akibat stress bisa dikenali dari perilaku, yaitu kinerja
rendah, naiknya tingkat kecelakaan kerja, salah dalam mengambil keputusan,
tingkat absensi kerja tinggi, dan agresi di tempat kerja.
D. Mengelola Stress
Ketika membahas tentang pengeolaan stress maka perlu
kiranya menggunakan pendekatan individu dan organisasi.
1. Pendekatan
Individu. Karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi
tingkat stressnya. Strategi individu yang telah terbukti efktif mencakup
pelaksanaan teknik-teknik manajemen waktu, meningkatkan latihan fisik,
pelatihan pengenduran, dan perluasan jaringan dukungan sosial.
2. Pendekatan organisasi. Beberapa
faktor-faktor yang menyebabkan sterss terutama tuntutan tugas dan peran, dan
struktur organisasi dikendalikan oleh manajemen. Dengan demikian faktor-faktor
ini dapat dimodifikasi dan diubah. Strategi yang mungkin ingin dipertimbangkan
oleh manajemen antara lain perbaikan seleksi personil, dan penempatan kerja,
penggunaan penetapan sasaran yang realitis, perancangan ulang pekerjaan,
peningktan keterlibatan karyawan, perbaikan komunikasi organisasi, dan
penegakan program kesejahteraan korporasi.
E. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dari bab ini adalah stress merupakan
suatu respon penyesuaian diri pada satu situasi yang dirasakan menantang atau
mengancam kesehatan seseorang. Distress menunjukkan tingginya tingkat stress
yang memiliki akibat negatif, sedangkan eustress menunjukkan tingkat stress
yang cukup rendah yang dibutuhkan untuk menggerakkan orang-orang dalam
hidupnya. Pengalaman stress atau sindroma adaptasi umum meliputi perpindahan
yang melalui tiga tingkat : alam, resistensi, dan keletihan.
Stresor merupakan penyebab stress, termasuk apa saja
kondisi lingkungan fisik dan emosional seseorang. Stresor ditemukan dalam
lingkungan fisik pekerjaan, berbagai peran atau tugas pegawai, hubungan antar
pribadi dan kondisi serta aktivitas organisasional. Konflik antara kewajiban
pekerjaan dengan kewajiban keluarga seringkali menunjukkan sumber stress
pegawai. Dua orang yang terbuka terhadap stresor yang sama mungkin mengalami
tingkat stress yang berbeda karena mereka merasa berbeda situasi dan kondisi, memilki
ambang batas kemampuan mengatasi stress yang berbeda atau menggunakan strategi
berbeda dalam mengatasi stress.
Stress tingkat tinggi yang berkepanjangan dapat
menyebabkan gejala-gejala fisik seperti tekanan darah tinggi, bisul, disfungsi
seksual, sakit kepala, dan penyakit jantung koroner. Perilaku yang menunjukkan
gejala stress antara lain kinerja rendah, keputusan-keputusan yang jelek/salah,
naiknya kecelakaan di tempat kerja, tingginya absensi, atau naiknya agresi di
tempat kerja. Rendahnya semangat kerja berkenaan dengan proses keletihan
emosional, depersonalisasi, dan mengurangi prestasi pribadi sebagai akibat
stress yang berkepanjangan. Hal ini merupakan sebagian besar penyebab stress
interpersonal dan penyebab stress berkaitan dengan peran dalam pekerjaan dan
penyebab stress berasal dari luar pekerjaan.
Dengan banyak intervensi maka stress yang berhubungan
dengan pekerjaan dapat dikelola. Beberapa intervensi dengan tepat menghilangkan
stresor yang tak perlu atau melepaskan pegawai dari lingkungan yang penuh
stress. Bantuan lain dapat diberikan dengan mengubah interpretasi mereka
terhadap lingkungan, program fitness, dan gaya hidup (dapat mendorong membangun
pertahanan fisik yang lebih baik melawan stress), atau dukungan sosial dengan
memberikan sumber material, informasi dan emosional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
NAMA