Sabtu, 11 Februari 2012

MANAJEMEN STRESS


A. Pengertian Stress
            Setiap manusia dari berbagai lapisan bisa saja mengalami ketegangan hidup, yang diakibatkan adanya tantangan, kesulitan ancaman ataupun ketakutan terhadap bahaya kehidupan yang sulit terpecahkan. Sehingga sering kali didapati mengalami ketegangan, akan merasakan keluhan yang kadang membutuhkan perawatan medis.
            Pada dasarnya besar kecilnya masalah yang menegangkan tersebut sebenarnya relatif. Tergantung tinggi rendahnya kedewasaan kepribadian serta bagaimana sudut pandang seseorang dalam menghadapinya. Namun mayoritas dari mereka yang mengalami ketegangan mengambil jalan pintas dengan menghisap rokok secara berlebihan, obat penenang, minuman keras dan lain sebagainya.
            Sebagian besar kita sadar bahwa stress karyawan semakin menjadi masalah dalam organisasi.
            Stress merupakan suatu respon adaptif terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan seseorang. Kita sering mendengar bahwa stress merupakan akibat negatif dari kehidupan modern.
            Ada beberapa alasan mengapa masalah stress yang berkaitan dengan organisasi perlu diangkat kepermukaan pada saat ini. Di antaranya adalah :
1.    Masalah stress adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan, dan posisinya sangat penting dalam kaitannya dengan produktivitas kerja karyawan.
2.    Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi, stress juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam organisasi. Oleh karena itu perlu disadari dan dipahami keberadaannya.
3.    Pemahaman akan sumber-sumber stress yang disertai dengan pemahaman terhadap cara-cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan siapa saja yang terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif.
4.    Banyak diantara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa organisasi, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stress meskipun dalam taraf yang paling rendah.
5.    Dalam zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia semakin sibuk. Di satu pihak peralatan semakin modern dan efisien. Dan di lain pihak beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin bertambah. Keadaan ini tentu saja akan menuntut energi pegawai yang lebih besar dari yang sudah-sudah. Sebagai akibatnya, pengalaman-pengalaman yang disebut stress dalam taraf cukup tinggi semakin terasa.
            Bertolak dari kenyataan di atas, dalam kesempatan ini saya akan mengemukakan seluk-beluk stress. Khususnya stress pada karyawan, yang meliputi pengertian-pengertian berbagai konsep, pengaruh-pengaruh stress terhadap organisasi, sumber-sumber stress yang berasal dari faktor-faktor organisasional dan kepemimpinan, dan strategi untuk mengatasi dan mengurangi stress.
            Stress kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stress kerja ini tampak dari simpton antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bias rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan pencernaan.
            Stress atau stress psikologis telah menjadi topik yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini, baik oleh praktisi, konsultan, maupun ilmuwan. Bagi para ilmuwan, stress telah menjadi kawasan riset yang cukup menarik perhatian dan kaya akan informasi-informasi ilmuwan. Berbagai disiplin ilmu seperti kedokteran, psikologi, sosial, manajemen, dan ilmu perilaku organisasi masing-masing telah memberikan sumbangannya yang berarti bagi studi tentang stress ini.
            Apakah yang dimaksud dengan stress adalah konteks pembicaraan ini? Stress kini telah diadopsi menjadi kosakata bahasa Indonesia, dianggap sebagai variasi bahasa, dan karenanya disini tidak perlu dicarikan padanan kata atau istilahnya dalam bahasa Indonesia. Yang dibahas dalam buku ini adalah berkenan dengan lingkungan organisasi, maka stress yang dimaksudkan disini adalah stress yang dialami para karyawan atau pegawai yang berkaitan dengan pekerjaannya dalam organisasi dimana ia berada.
            Dalam setiap pembahasan ilmiah tentang stress tidak dapat dilimpahkan jasa Dr. Hans Selye, seorang peneliti dari Universitas Montreal, ia telah meletakkan dasar bagi sebagian besar pemikiran dan riset di bidang stress. Dialah orang yang pertama kali mengemukakan konseptualisasi general adaptation syndrome, atau GAS, dan karenanya dia sering kali dianggap sebagai The Factor of Stress. Dia berpendapat bahwa orang-orang hampir memiliki respon fisik yang konsisten terhadap situasi yang penuh stress. Respon tersebut diberi nama sindroma adaptasi umum ( general adaptation syndrome ), yakni sistem pertahanan otomatis yang menolong orang mengatasi tuntutan-tuntutan lingkungan. Sindrome ini memilki 3 (tiga) tingkatan, yaitu :
1.    Alarm.
Persepsi yang menantang atau mengancam meyebabkan otak mengirimkan pesan biokimia ke berbagai bagian tubuh. Akibatnya terjadi peningkatan kecepatan pernafasan , tekanan darah, detak jantung, ketegangan otot dan respon fisik lainnya. Tingkatan energi dan efektivitas penanggulangan dengan segera merespons awal shock. Dalam hal ini syok yang ekstrim mungkin mengakibatkan tidak adanya kekuatan atau bahkan kematian sebab tubuh tidak sanggup menghasilkan cukup energi dengan cukup cepat. Pada sebagian besar situasi, reaksi alarm seseorang terus berjaga-jaga terhadap kondisi lingkungan dan mempersiapkan tubuh ke arah resisten.
2.    Resistensi
Kemampuan mengatasi perkembangan tuntutan lingkungan yang dimiliki seseorang berada pada tingkat di atas normal selama tingkat resistensi , karena tubuh digerakkan oleh berbagai mekanisme biokimia, psikis dan perilaku. Sebagai contoh, kita memiliki tingkat andrenalin di atas normal selama tingkat resistensi ini. Kita mencurahkan energi lebih untuk menanggulagi atau menghilangkan sumber stress. Bagaimanapun resistensi yang kita miliki sebenarnya hanya untuk satu atau dua tuntutan lingkungan. Akibatnya, kita jadi mudah diserang oleh sumber-sumber stress yang lain. Hal ini dapat menjelaskan mengapa orang lebih gampang tertular masuk angin, pilek, atau penyakit lainnya ketika mereka sedang bekerja di bawah tekanan
3.    Keletihan
Orang memiliki kapasitas resistensi yang terbatas sehingga jika sumber stress berlangsung lama maka pada akhirnya mereka akan pindah ke tingkat  keletihan. Pada sebagian besar situasi, tingkatan ini merupakan bagian terakhir dari proses panjang sindroma adaptasi umum. Situasi tegang para pegawai akan berubah sebelum akibat destruktif dari stress menjadi nyata atau mereka menarik diri dari situasi penuh stress, membangun kembali kemampuan bertahan mereka dan kembali setelah lingkungan penuh stress berlalu dengan memperbaruhi energi. Orang yang sering mengalami sindroma adaptasi umum dalam waktu lama memilki resiko tinggi untuk mengalami kerusakan fisik dan psikis. Untuk dapat mengelola stress yang berhubungan dengan pekerjaan secara efektif, kita harus mengerti sebab-sebab dan akibat-akibat stress dengan memahami perbedaan-perbedaan individual dalam mengalami stress.
            Stress mengandung arti yang jamak, dapat mempunyai arti lain pada orang yang berbeda, dan menunjuk kepada sesuatu yang akan memerlukan banyak kata untuk mengatakan. Dalam pernyataan sederhana stress mengakibatkn interaksi antara organisasi dengan lingkungannya. Dalam kasus kita, maka organismenya adalah manusia dan lingkungan adalah baik berupa cirri-ciri fisik lingkungan ( misalnya, panas, kegaduhan, polusi ) ataupun organisme-organisme lain dalam lingkungan itu.
            Meskipun sejumlah peneliti menawarkan banyak definisi yang masing-masing mengandung unsur-unsur yang khas, pada dasarnya ada dua tipe konsepsi utama yang mereka pakai, yaitu fisiologis dan psikologis. Berdasarkan perspektif ini Mikhail dalam Nimran (2004) mengajukan suatu definisi stress sebagai suatu keadaan yang timbul dari kapasitas tuntutan yang tidak seimbang, baik nyata maupun dirasakan, dalam tindakan-tindakan penyesuaian organ dan yang sebagian diwujudkan oleh respon yang nonspesifik. Jadi, definisi ini hendak mengintegrasikan sekaligus unsur-unsur psikologis dan fisiologis dari stress.
            Pengertian lain mengenai stress adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu menghadapi peluang, kendala ( constraints ), atau tuntutan ( demand ) yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting ( Robin, 2006 ).
B. Tanda-Tanda Stress
            Apakah makna dari adanya stress dalam kehidupan sehari-hari kita? Pada dasarnya, mobilisasi dari mekanisme pertahanan tubuh bukanlah satu-satunya efek dari stress. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh stress bisa bermacam-macam. Beberapa di antaranya boleh jadi sangat penting dan bersifat langsung, sedangkan lainnya mungkin kebanyakan, boleh jadi tidak langsung dan merupakan representasi keluaran-keluaran sekunder dan tertier. Beberapa di antaranya, tak diragukan lagi akibat stress sementara lainnya semata-mata bersifat dugaan adanya kaitan dengan stress. Beberapa mungkin bersifat positif, misalnya meningkatkan daya dorong atau semangat dan menambah motivasi diri, sementara yang lain bersifat fungsional, merusak, dan secara potensial berbahaya.
            Menurut Sopiah (2008) menjelaskan tentang stresor adalah penyebab stress, yakni apa saja kondisi lingkungan tempat tuntutan fisik dan emosional pada seseorang. Terdapat banyak stresor dalam organisasi dan aktivitas hidup lainnya. Stresor yang berhubungan Stresor dengan pekerjaan terbagi menjadi 4 (empat) tipe utama, yaitu :
  1. yang bersifat fisik
Juga kelihatan pada setting kantor, termasuk rancangan ruang kantor yang buruk, ketiadaan privasi, lampu penerangan yang kurang efektif dan kualitas udara yang buruk.
  1. Stress karena peran atau tugas,
Stresor karena peran/tugas termasuk kondisi di mana para pegawai mengalami kesulitan dalam memahami apa yang menjadi tugasnya, peran yang dimainkan dirasakan terlalu berat atau memainkan berbagai peran pada tempat mereka bekerja.
  1. Penyebab stress antarpribadi,
Stresor ini akan semakin bertambah ketika karyawan dibagi dalam divisi-divisi dalam suatu departemen yang dikompetisikan untuk memenangkan target sebagai divisi terbaik dengan reward yang menggiurkan. Perbedaan karakter, kepribadian, latar belakang, persepsi, dan lain-lainnya memungkinkan munculnya stress.
  1. Organisasi,
Banyak sekali ragam penyebab stress yang bersumber dari organisasi. Pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu penyebab stress yang tidak hanya untuk mereka yang kehilangan pekerjaan, namun juga untuk mereka yag masih tinggal. Secara khusus mereka yang masih tinggal mengalami peningkatan beban kerja, peningkatan rasa tidak aman dan tidak nyaman dalam bekerja serta kehilangan rekan kerja. Restrukturisasi, privatisasi, merger, dan bentuk-bentuk lainnya merupakan kebijakan perusahaan yag berpotensi memunculkan stress. Para pekerja harus menghadapi peningkatan ketidakamanan dalam bekerja, bimbang dengan tuntutan pekerjaan yang semakin banyak dan bentuk-bentuk baru dari konflik antar pribadi.
C. Akibat-Akibat Stress
            Dampak atau akibat dari stress bisa dilihat pada tiga aspek, yaitu :
  1. Fisik
Akibat stress pada fisik mudah dikenali. Ada sejumlah penyakit yang disinyalir karena orang tersebut mengalami stress yang cukup tinggi dan berkepanjangan, diantaranya adalah penyakit jantung, bisul, tekanan darah tinggi, sakit kepala, gangguan tidur, tambah sakit jika sedang menderita sakit.
  1. Psikis
Dampak stress pada aspek psikis bisa dikenali, diantaranya adalah ketidakpuasan kerja, depresi, keletihan, kemurungan dan kurang bersemangat.
  1. Perilaku
Akibat stress bisa dikenali dari perilaku, yaitu kinerja rendah, naiknya tingkat kecelakaan kerja, salah dalam mengambil keputusan, tingkat absensi kerja tinggi, dan agresi di tempat kerja.
D. Mengelola Stress
            Ketika membahas tentang pengeolaan stress maka perlu kiranya menggunakan pendekatan individu dan organisasi.
1. Pendekatan Individu. Karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stressnya. Strategi individu yang telah terbukti efktif mencakup pelaksanaan teknik-teknik manajemen waktu, meningkatkan latihan fisik, pelatihan pengenduran, dan perluasan jaringan dukungan sosial.
2.   Pendekatan organisasi. Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan sterss terutama tuntutan tugas dan peran, dan struktur organisasi dikendalikan oleh manajemen. Dengan demikian faktor-faktor ini dapat dimodifikasi dan diubah. Strategi yang mungkin ingin dipertimbangkan oleh manajemen antara lain perbaikan seleksi personil, dan penempatan kerja, penggunaan penetapan sasaran yang realitis, perancangan ulang pekerjaan, peningktan keterlibatan karyawan, perbaikan komunikasi organisasi, dan penegakan program kesejahteraan korporasi.
E. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dari bab ini adalah stress merupakan suatu respon penyesuaian diri pada satu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan seseorang. Distress menunjukkan tingginya tingkat stress yang memiliki akibat negatif, sedangkan eustress menunjukkan tingkat stress yang cukup rendah yang dibutuhkan untuk menggerakkan orang-orang dalam hidupnya. Pengalaman stress atau sindroma adaptasi umum meliputi perpindahan yang melalui tiga tingkat : alam, resistensi, dan keletihan.
Stresor merupakan penyebab stress, termasuk apa saja kondisi lingkungan fisik dan emosional seseorang. Stresor ditemukan dalam lingkungan fisik pekerjaan, berbagai peran atau tugas pegawai, hubungan antar pribadi dan kondisi serta aktivitas organisasional. Konflik antara kewajiban pekerjaan dengan kewajiban keluarga seringkali menunjukkan sumber stress pegawai. Dua orang yang terbuka terhadap stresor yang sama mungkin mengalami tingkat stress yang berbeda karena mereka merasa berbeda situasi dan kondisi, memilki ambang batas kemampuan mengatasi stress yang berbeda atau menggunakan strategi berbeda dalam mengatasi stress.
Stress tingkat tinggi yang berkepanjangan dapat menyebabkan gejala-gejala fisik seperti tekanan darah tinggi, bisul, disfungsi seksual, sakit kepala, dan penyakit jantung koroner. Perilaku yang menunjukkan gejala stress antara lain kinerja rendah, keputusan-keputusan yang jelek/salah, naiknya kecelakaan di tempat kerja, tingginya absensi, atau naiknya agresi di tempat kerja. Rendahnya semangat kerja berkenaan dengan proses keletihan emosional, depersonalisasi, dan mengurangi prestasi pribadi sebagai akibat stress yang berkepanjangan. Hal ini merupakan sebagian besar penyebab stress interpersonal dan penyebab stress berkaitan dengan peran dalam pekerjaan dan penyebab stress berasal dari luar pekerjaan.
Dengan banyak intervensi maka stress yang berhubungan dengan pekerjaan dapat dikelola. Beberapa intervensi dengan tepat menghilangkan stresor yang tak perlu atau melepaskan pegawai dari lingkungan yang penuh stress. Bantuan lain dapat diberikan dengan mengubah interpretasi mereka terhadap lingkungan, program fitness, dan gaya hidup (dapat mendorong membangun pertahanan fisik yang lebih baik melawan stress), atau dukungan sosial dengan memberikan sumber material, informasi dan emosional.

MANAJEMEN KONFLIK


A. Pengertian Konflik
            Istilah konflik sudah tidak asing lagi di telinga kita. Konflik merupakan semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi yang antagonistis bertentangan.
            Manusia selalu dihadapkan pada konflik, baik konflik pribadi maupun konflik kelompok. Konflik pribadi tidak hanya terbatas pada konflik antara individu yang satu dengan individu yang lain. Akan tetapi konflik pribadi dapat terjadi pada diri seseorang dengan batinnya sendiri, antara kemauan dan kemampuan. Sedangkan konflik kelompok terjadi antar individu dalam kelompok tertentu atau antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
            Konflik seringkali timbul di dalam suatu organisasi. Dimana apabila sistem komunikasi dan informasi tidak menemui sasarannya, timbullah salah paham atau orang tidak saling mengerti. Pada hakikatnya konflik merupakan suatu pertarungan menang kalah antara kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam organisasi.
Dalam kehidupan sebuah organisasi, baik itu organisasi bisnis maupun non bisnis, disana selalu ada dinamika kehidupan orang-orang yang ada di dalamnya. Bentuk dinamika ini dapat berupa konflik. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah konflik itu perlu ? Apakah konflik itu berbahaya bagi organisasi ? Sejauh mana pengaruhnya terhadap kinerja organisasi ? Bagaimanakah jalan keluar yang dapat ditempuh untuk mengatasi konflik ?
            Konflik menurut Robbin (2001), adalah suatu proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif atau akan segera mempengaruhi secara negatif pihak lain. Sedangkan menurut Albanese dalam Nimran (2004) mengartikan konflik sebagai kondisi yang dipersepsikan ada di antara pihak-pihak atau lebih merasakan adanya ketidaksesuaian antara tujuan dan peluang untuk mencampuri usaha pencapaian tujuan pihak lain. Dari kedua definisi ini dapat disimpulkan bahwa konflik itu adalah proses yang dinamis dan keberadaannya lebih banyak menyangkut persepsi dari orang atau pihak yang mengalami dan merasakannya. Jadi jika suatu keadaan tidak dirasakan sebagai konflik maka pada dasarnya konflik itu tidak ada.
            Konflik dapat membantu atau menghambat pelaksanaan kegiatan organisasi atau dapat dikatakan bahwa konflik dapat fungsional atau berperan salah. Semua ini tergantung pada bagaimana konflik tersebut dikelola oleh karena itu tugas manajemen adalah untuk mengelola konflik dengan efektif dan penyelesaiannya
B. Pandangan Tentang Konflik
            Ada tiga pandangan tentang konflik, yaitu :
  1. Pandangan tradisional,
Menyatakan bahwa konflik harus dihindari karena sesuatu yang buruk, tidak menguntungkan dan selalu merugikan organisasi. Oleh karena itu konflik harus dicegah dan dihindari sebisa mungkin dengan mencari akar permasalahannya.
  1. Pandangan hubungan kemanusiaan.
Pandangan aliran behavioral ini menyatakan bahwa konflik merupakan sesuatu yang wajar, alamiah dan tidak terelakkan dalam setiap kelompok manusia. Konflik tidak selalu buruk karena memiliki potensi kekuatan yang positif di dalam menentukan kinerja kelompok. Konflik tidak selamanya merugikan, bahkan bisa menguntungkan, yang oleh karena itu konflik harus dikelola dengan baik.
  1. Pandangan interaksionis,
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik bukan sekedar sesuatu kekuatan positif dalam suatu kelompok, melainkan juga mutlak perlu untuk suatu kelompok agar dapat berkinerja positif. Oleh karena itu konflik harus diciptakan. Pandanngan ini didasari keyakinan bahwa organisasi yang tenang, harmonis, damai ini justru akan membuat organisasi itu menjadi statis, stagnan dan tidak inovatif. Dampaknya adalah kinerja organisasi menjadi rendah.
C. Jenis, Penyebab dan Akibat  Konflik
            Jenis konflik dibedakan dalam beberapa perspektif, antara lain :
  1. Konflik intra individu.
Konflik ini dialami oleh individu dengan dirinya sendiri karena adanya tekanan peran dan ekspektasi di luar berbeda dengan keinginan atau harapannya.
  1. Konflik antar individu.
Konflik yang terjadi antar individu yang berada dalam suatu kelompok atau antar individu pada kelompok yang berbeda.
  1. Konflik antar kelompok.
Konflik yang bersifat kolektif antara satu kelompok dengan kelompok lain.
  1. Konflik organisasi.
Konflik yang terjadi antara unit organisasi  yang bersifat struktural maupun fungsional. Contoh konflik antara bagian pemasaran dengan bagian produksi.
Ditinjau dari fungsinya, terdapat 2 (dua) jenis konflik, yaitu :
  1. Konflik konstruktif.
Adalah konflik yang memiliki nilai positif bagi pengembagan orgaisasi.
  1. Konflik destruktif
Adalah konflik yang berdampak negatif bagi pengembangan organisasi.
Sedangkan ditinjau dari segi instansional, konflik dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
  1. Konflik kebutuhan individu dengan peran yang dimainkan dalam organisasi.
Tidak jarang kebutuhan dan keinginan karyawan bertentangan atau tidak sejalan dengan kebutuhan dan kepentingan organisasi. Hal ini bisa memunculkan konflik.
  1. Konflik peranan dengan peranan.
Setiap karyawan organisasi memliki peran yang berbeda-beda  dan ada kalanya perbedaan peran tiap individu tersebut memunculkan konflik. Karena setiap individu berusaha untuk memainkan peran tersebut dengan sebaik-baiknya.
  1. Konflik individu dengan individu lainnya.
Konflik seringkali muncul jika seorang individu berinteraksi dengan individu lain, disebabkan oleh latar belakang, pola pikir, pola tindak, kepribadian, minat, persepsi, dan sejumlah karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Ditinjau dari segi materi/masalah yang menjadi sumber konflik, konflik dapat dibedakan menjadi :
  1. Konflik tujuan.
Adanya perbedaan tujuan antar individu, kelompok, atau organisasi maka bisa memunculkan konflik.
  1. Konflik peranan.
Setiap manusia memilki peran lebih dari satu. Peran yang dimainkan, yang jumlahnya banyak tersebut, seringkali memunculkan konflik.
  1. Konflik nilai.
Nilai yang dianut seseorang seringkali tidak sejalan dengan sistem nilai yang dianut organisasi atau kelompok. Hal ini berpotensi untuk memunculkan konflik.
  1. Konflik kebijakan.
Konflik ini muncul karena seorang individu atau kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang ditetapkan organisasi.
Pendapat dari Mastenbroek membagi konflik ini menjadi 4 (empat), yaitu :
  1. Instrumental Conflicts.
Konflik terjadi karena adanya ketidaksepahaman antar komponen dalam organisasi dan proses pengoperasiannya.
  1. Socio-emotional Conflicts.
Konflik ini berkaitan dengan identitas, kandungan emosi, citra diri, prasangka, kepercayaan , keterikatan, identifikasi terhadap kelompok, lembaga dan lambaga-lambang tertentu, sistem nilai dan reaksi individu dengan yang lainnya.
  1. Negotiating conflicts.
Konflik negosiasi adalah ketegangan-ketegangan, yang dirasakan pada waktu proses negoisasi terjadi, baik antara individu dengan individu atau kelompok dengan kelompok.
  1. Power and dependency conflicts.
Konflik kekuasaan dan ketergantungan berkaitan dengan persaingan dalam organisasi, misalnya pengamanan dan penguatan kedudukan yang strategis.
           Penyebab konflik ada bermacam-macam. Beberapa sebab yang penting adalah sebagai berikut :
1.    Saling bergantungan.
Saling bergantung dalam pekerjaan terjadi jika dua kelompok organisasi atau lebih sering membutuhkan satu sama lain untuk menyelesaikan tugas.
2.    Perbedaan tujuan.
Perbedaan tujuan yang ada di antara satu bagian dengan bagian yang lain, seperti unit produksi yang bertujuan semaksimal mungkin biaya produksi dan mengusahakan sesedikit mungkin kerusakan produk, sementara bagian penelitian dan pengembangan berurusan dengan pengembagan ide-ide baru untuk mengubah dan mengembagkan produk yang berhasil secara komersial. Hal ini dapat menjadi potensi konflik.
3.    Perbedaan persepsi.
Dalam menghadapi suatu masalah, jika terjadi perbedaan persepsi maka hal itu dapat menyebabakan munculnya konflik.
Menurut Smith, Mazzarella dan Piele dalam Sopiah (2008), sumber terjadinya konflik, adalah sebagai berikut :
1.    Masalah komunikasi,
Bisa terjadi pada masing-masing atau gabungan dari unsur-unsur komunikasi, yaitu sumber komunikasi, pesan, penerima pesan dan saluran.
2.    Struktur organisasi
Secara potensial dapat memunculkan konflik. Tiap departemen/ fungsi dalam organisasi mempunyai tujuan, kepentingan dan program sendiri-sendiri yang seringkali berbeda dengan yang lain.
3.    Faktor manusia.
Sifat dan kepribadian manusia satu dengan yang lain berbeda dan unik, Hal ini berpotensi memunculkan konflik.
      Dalam konflik selain menimbulkan dampak negatif juga menimbulkan dampak positif ( Anoraga dan Suyati, 1995 ). Oleh karena itu seorang pemimpin harus mengetahui adanya konflik yang ada di dalam organisasi, selain itu ia harus dapat menghindari terjadinya konflik yang berakibat merugikan dan mengarahkan konflik-konflik yang positif, atau ia harus dapat memberikan penyelesaian yang adil bila terjadi konflik. Bagaimanapun juga konflik perlu diwaspadai karena dapat mengganggu keseimbangan situasi dalam organisasi.
D. Proses Konflik
            Menurt Pondi ( dalam Sopiah, 2008 ), proses konflik dimulai dari :
1.    Latent conflict, konflik laten
Yaitu tahap munculnya faktor-faktor yang menjadi penyebab konflik dalam orgainisasi. Bentuk-bentuk dasar situasi ini adalah persaingan untuk memperebutkan sumberdaya yang terbatas, konflik peran, persaingan perebutan posisi dalam organisasi, dll.
2.    Perceived conflict, konflik yang dipersepsikan.
 Pada tahap ini salah satu pihak memandang pihak lain sebagai panghambat atau mengancam pencapaian tujuannnya.
3.    Felt conflict, konflik yag dirasakan.
Pada tahap ini konflik tidak sekedar dipandang ada akan tetapi sudah benar dirasakan.
4.    Manifest conflict, konflik yang dimanifestasikan.
 Pada tahap ini perilaku tertentu sebagai indikator konflik sudah mulai ditunjukkan seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kinerja,dan lain lain.
5.    Conflict resolution, resolusi konflik.
 Pada tahap ini konflik yang terjadi diselesaikan dengan berbagai macam cara dan pendekatan.
6.    Conflik afermath.
Jika konflik sudah benar-benar diselesaikan maka hal itu akan meningkatkan hubungan para anggota organisasi. Hanya saja jika penyelesaiannya tidak tepat maka akan dapat menimbulkan konflik baru.
E. Strategi Manajemen Konflik
            Bagaimana konflik yang ada harus dikelola dengan baik supaya memberikan efek yang positif bagai organisasi. Adapun macam-macam strategi manajemen atau penanganan konflik menurut beberapa pakar ada 5 (lima) macam yaitu sebagai berikut :
1.    Kompetensi
Sering juga disebut dengan strategi “kalah-menang” yaitu penyelesaian konflik dengan cara menggunakan kekuatan dan kekuasaan.
2.    Kolaborasi
Sering juga disebut sebagai strategi ”menang-menang” di mana pihak-pihak yang terlibat mancari cara penyelesaian konflik yang sama-sama menguntungkan kedua pihak.
3.    Penghindaran
Yaitu strategi untuk menjauhi sumber konflik dengan mengalihkan persoalan sehingga konfliknya sendiri tidak samapai terjadi atau muncul.
4.    Akomodasi
Adalah strategi yang menempatkan kepentingan lawan di atas kepentingan diri sendiri. Strategi ini disebut juga dengan “sikap mengalah”.
5.    Kompromi
Sering disebut dengan strategi “kalah-kalah” di mana pihak-pihak yang terlibat sama-sama mengorbankan sebagian dari sasarannnya, dan mendapatkan hasil yag tidak maksimal.
F. Kesimpulan
            Demikianlah penjelasan singkat tentang manajemen konflik. Dengan membaca arti pentingnya konflik dalam pandangan kontemporer paling tidak mendorong manajer untuk membuat konflik menjadi sebuah dinamika yang sehat yang dapat mengarah kepada pencapaian kinerja individu yang optimal yang pada gilirannya akan mendukung pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan.

Minggu, 05 Februari 2012

Mengendalikan Emosi


Emosi dan perasaan akan bergolak dikarenakan dua hal; kegembiraan yang memuncak dan musibah yang berat. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku melarang dua macam ucapan yang bodoh lagi tercela: keluhan tatkala mendapat nikmat dan umpatan tatkala mendapat musibah."
Dan, Allah berfirman,
{(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dan kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.} (QS. Al-Hadid: 23)
Maka dari itulah, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya kesabaran itu ada pada benturan yang pertama."
Barangsiapa mampu menguasai perasaannya dalam setiap peristiwa, baik yang memilukan dan juga yang menggembirakan, maka dialah orang yang sejatinya memiliki kekukuhan iman dan keteguhan keyakinan. Karena itu pula, ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan dikarenakan keberhasilannya mengalahkan nafsu. Allah s.w.t. menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang senang bergembira dan berbangga diri.
Namun, menurut Allah, ketika ditimpa kesusahan manusia mudah berkeluh kesah, dan ketika mendapatkan kebaikan manusia sangat kikir. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya. Itu karena merekalah orang-orang yang mampu berdiri seimbang di antara gelombang kesedihan yang keras dengan dan luapan kegembiraan yang tinggi. Dan mereka itulah yang akan senantiasa bersyukur tatkala mendapat kesenangan dan bersabar tatkala berada dalam kesusahan.
Emosi yang tak terkendali hanya akan melelahkan, menyakitkan, dan meresahkan diri sendiri. Sebab, ketika marah, misalnya, maka kemarahannya akan meluap  d an sulit dikenda l ikan. Dan itu  akan membuat seluruh tubuhnya gemetar, mudah memaki siapa saja, seluruh isi hatinya tertumpah ruah, nafasnya tersengal-sengal, dan ia akan cenderung bertindak sekehendak nafsunya. Adapun saat mengalami kegembiraan, ia menikmatinya secara berlebihan, mudah lupa diri, dan tak ingat lagi siapa dirinya.
Begitulah manusia, ketika tidak menyukai seseorang, ia cenderung menghardik dan mencelanya. Akibatnya, seluruh kebaikan orang yang tidak ia sukai itu tampak lenyap begitu saja. Demikian pula ketika menyukai orang lain, maka orang itu akan terus ia puja dan sanjung setinggi-tingginya seolah-olah tak ada cacatnya. Dalam sebuah hadist dikakatan:
“Cintailah orang yang engkau cintai sewajarnya, karena siapa tahu ia akan menjadi musuhmu di lain waktu, dan bencilah musuhmu itu sewajarnya, karena siapa tahu dia menjadi sahabatmu di lain waktu."
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, "Ya Allah saya minta padaMu keadilan pada saat marah dan lapang dada."
Barangsiapa mampu menguasai emosinya, mengendalikan akalnya dan menimbang segalanya dengan benar, maka ia akan melihat kebenaran, akan tahu jalan yang lurus dan akan menemukan hakekat.
{Sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.} (QS. Al-Hadid: 25)
Islam mengajarkan keseimbangan norma, budi pekerti, dan perilaku sebagaimana ia mengajarkan manhaj yang lurus, syariat yang diridhai, dan agama yang suci.
{Dan, demikianlah (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan.} (QS. Al-Baqarah: 143)
Keadilan merupakan  tuntut an yang ideal sebagaimana ia dibutuhkan dalam penerapan hukum. Itu terjadi, karena pada dasarnya Islam dibangun di atas pondasi kebenaran dan keadilan. Yakni, benar dalam memberitakan berita-berita Ilahi dan adil dalam mene t apkan hukum, mengucapkan perkataan, melakukan tindakan dan berbudi pekerti. Dan,
{Telah sempurnalah kalimat Rabb-mu (al-Qur'an) sebagai kalimat yang benar dan adil.} (QS. Al-An'am: 115)

Enyahkan Kejenuhan dari Hidupmu!

Orang yang hidup mengekang diri dengan satu gaya atau model hidup, sudah tentu akan dilanda kejenuhan. Itu terjadi, karena jiwa manusia pada dasarnya cenderung mudah jenuh. Tabiat dasar setiap manusia adalah tidak senang berada dalam satu keadaan yang sama. Dan karena itu pula, maka Allah menciptakan banyak warna dan bentuk untuk suatu tempat, zaman, makanan, minuman, dan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Ada malam ada siang, ada dataran tinggi ada dataran rendah, ada putih ada hitam, ada panas ada dingin, dan ada manis ada kecut. 
Keberagaman dan perbedaan ini seringkali disebut Allah dalam beberapa firman-Nya. Diantaranya Allah menyebutkan bahwa,
{Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya.} (QS. An-Nahl: 69)
{Dari pohon kurma yang bercabang dan tidak bercabang.} (QS. Ar-Ra'd: 4)
{Dan, di antara gunung-gunung itu ada garis-garis yang putih dan merah yang beraneka ragam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.} (QS. Fathir: 37)
{Dan, masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran).} (QS. Ali 'Imran: 140)
Bani Israel pernah merasa bosan dengan makanan paling baik mereka dan mengeluh pada Allah,
{Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja.} (QS. Al-Baqarah: 61)
Al-Makmun kadang kala membaca sambil duduk, sesekali dengan berdiri, dan pada saat yang lain sambil berjalan. Dan karena itu pula ia pernah berkata, "Jiwa manusia itu sungguh sering kali jenuh."
{(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.} (QS. Ali 'Imran: 191)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa dalam beribadah pun manusia akan merasa jenuh. Oleh karena itu, maka Allah pun memberikan banyak pilihan bentuk dan cara beribadah kepada para hamba-Nya. Sebagaimana kita ketahui, Allah telah menetapkan berbagai amalan hati, amalan lisan, amalan badan, dan ada amalan harta. Kita juga tidak hanya diwajibkan shalat, tetapi juga membayar zakat, menjalankan puasa, menunaikan haji dan ikut berjihad. Bahkan, dalam shalat pun kita tak hanya disuruh berdiri saja, tetapi juga ruku', berdiri, sujud, dan duduk. Semua ini mengisyaratkan bahwa siapapun yang menginginkan kepuasan, semangat yang selalu baru dan produktivitas, maka ia harus pandai

Kebahagiaan Para Sahabat Bersama Rasulullah s.a.w.


Rasulullah s.a.w. diutus kepada umat manusia dengan membawa pesan dakwah rabbaniyah dan tidak memiliki propaganda apapun tentang dunia. Maka, Rasulullah s.a.w. tak pernah dianugerahai gudang harta, hamparan kebun buah yang luas, dan tidak pula tinggal di istana yang megah. Dan saat pertama kali datang, hanya beberapa orang yang mencintainya saja yang bersumpah setia mengikuti ajaran yang dibawanya. Dan mereka tetap teguh memegang janji meski berbagai kesulitan dan ancaman datang mendera. Begitulah, betapa kuatnya keimanan dan kecintaan mereka pada Muhammad s.a.w.; saat berjumlah sedikit, masih sangat lemah, dan nyaris selalu diliputi ancaman dari orang-orang disekitarnya, mereka tetap teguh mencintai Rasulullah s.a.w.
Mereka pernah ada yang dikucilkan masyarakatnya, dipersulit jalur perekonomiannya, dicemarkan nama baiknya, dijatuhkan martabat dan kewibawaannya di depan umum, diusir dari kampungnya, dan disiksa bersama keluarganya. Meski demikian, kecintaan mereka terhadap Muhammad tak goyah sejengkalpun.
Diantara mereka, ada yang pernah dijemur di tengah padang pasir yang panas, dikurung dalam penjara bawah tanah, dan disiksa dengan berbagai cara. Namun demikian, mereka tetap mencintai Rasulullah s.a.w. Negeri, kampung halaman, dan rumah-rumah mereka pun pernah diperangi dan dirampas. Maka, mereka banyak yang harus bercerai berai dengan keluarganya, berpisah dengan kawan karibnya dan meninggalkan harta bendanya. Meski demikian, ternyata mereka tetap mencintai Rasulullah s.a.w.
Kaum mukminin seringkali mendapatkan cobaan saat menjalankan dakwah. Mereka tak hanya dibatasi ruang geraknya, tetapi kadang keluarga dan dirinya juga diancam akan dibunuh. Bahkan, ada kalanya dalam menjalan dakwah mereka harus rela dan sabar menanggung kesengsaraan dan penderitaan yang panjang. Namun, karena tetap berprasangka baik terhadap Allah, maka mereka pun tetap sangat mencintai Rasulullah s.a.w..
Tak sedikit pada sahabat muda Nabi s.a.w. yang tak sempat menikmati masa mudanya sebagaimana anak muda yang lain. Itu terjadi, karena mereka harus senantiasa ikut berperang di bawah bayang-bayang kilatan pedang musuh demi membela keyakinan dan kecintaan mereka pada Muhammad s.a.w.. Tentang mereka ini, sebuah syair mengatakan: Kilatan pedang-pedang itu laksana bayangan bunga di kebun hijau, dan menebarkan bau wangi yang semerbak.
Begitulah, pada masa itu setiap pemuda siap berangkat ke medan perang dan menjemput maut. Meski demikian, mereka tak gentar sedikitpun dan justru memandang perjuangan di medan perang itu laksana sebuah wisata atau pesta di malam hari raya. Dan itu, tak lain juga didorong oleh kecintaan mereka terhadap Rasulullah s.a.w.
Syahdan, seorang sahabat pernah diutus untuk masuk ke kandang musuh dan menghantarkan surat kepada mereka. Sahabat itu sadar bahwa kemungkinan dirinya dapat kembali lagi sangat kecil. Namun, ternyata ia tetap melakukan tugas itu. Ada pula seorang sahabat yang ketika diminta menjalankan suatu tugas, ia menyadari bahwa tugas itu adalah tugasnya yang terakhir. Namun ia tetap pergi dengan suka cita menjalankan tugas tersebut. Demikianlah, semua hal tadi mereka lakukan adalah karena kecintaan mereka yang besar terhadap Nabi Muhammad s.a.w.
Mengapa mereka sedemikian rupa mencintai Rasulullah s.a.w.?
Mengapa mereka sangat bahagia dengan risalah yang dibawanya, merasa tenteram dengan manhaj-nya, sangat gembira menyambut kedatangannya, dan mampu melupakan semua rasa sakit, kesulitan, tantangan dan ancaman demi mengikutinya?
Jawabannya adalah karena mereka melihat pada diri Nabi Muhammad terdapat semua makna kebaikan dan kebahagiaan. Juga tanda-tanda kebajikan dan kebenaran. Beliau mampu menjadi penunjuk jalan bagi siapa saja dalam berbagai masalah besar. Bahkan, dengan sentuhan kelembutan dan kasih sayangnya beliau mampu memadamkan semua gejolak hati mereka. Dengan ucapannya, beliau mampu menyejukkan isi dada siapa saja. Dan dengan risalahnya, ia mampu menghangatkan ruh mereka.
Rasulullah s.a.w juga berhasil menancapkan kerelaan pada jiwa setiap sahabatnya. Maka, tak mustahil bila mereka tidak lagi pernah memperhitungkan berbagai rintangan yang menghadang jalan dakwah mereka. Sebab, kokohnya keyakinan yang ada dalam dada mereka telah melupakan semua luka, tekanan, dan kesengsaraan itu. Beliau berhasil meluruskan hati nurani mereka dengan tuntunannya, menyinari mata hati mereka dengan cahayanya, menyingkirkan unsur-unsur jahiliyah dari leher mereka, menghapuskan warna paganisme dari punggung mereka, menanggalkan semua kalung kemusyrikan dari leher mereka, dan memadamkan semua api kedengkian dan permusuhan dari ruh-ruh mereka. Dan lebih dari itu, beliau berhasil menuangkan air keyakinan ke dalam perasaan mereka. Karena itu, jiwa raga mereka menjadi tenteram, hati mereka senantiasa sejuk damai, dan otot-otot syaraf mereka selalu kendur dan mudah terkendali.
Ada banyak faktor yang membuat kecintaan para sahabat terhadap Rasulullah s.a.w. semakin besar. Diantaranya, saat bersama Rasulullah s.a.w." mereka senantiasa merasakan kenikmatan hidup, saat berada di dekatnya mereka merasakan hangatnya kasih sayang dan ketulusan hati, saat berada di bawah payung ajarannya mereka merasakan ke t ent e r aman, dengan mematuhi perintahnya mereka mendapatkan keselamatan, dan dengan meneladai sunah-sunahnya mereka mendapatkan kekayaan batin.
{Dan, tidaklah Kami utus kamu kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam.} (QS. Al -Anbiyr: 107)
{Dan sesungguhnya, kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.} (QS. Asy-Syura: 52)
{Dan, (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya.} (QS.  A l - Mi idah: 16)
{Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka Kitab dan Hikmah (asSunah). Dan sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.} (QS. Al-Jumu'ah: 2)
{Dan, membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.} (QS. Al-A'raf: 157)
{Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.} (QS. Al-Anfal: 24)
{Dan, kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya.} (QS. Ali 'Imran: 103)
Sungguh, mereka benar-benar menjadi orang yang bahagia dalam arti yang sebenarnya,saat bersama pemimpin dan suri tauladan mereka. Maka dari itu, sangatlah pantas bila mereka berbahagia dan bergembira. Wahai malam yang menakutkan, tidakkah engkau kembali? zamanmu akan diguyur dengan hujan dari langit Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada si pembebas akal dari belenggu-belenggu penyimpangan, dan si penyelamat jiwa dari ketergelinciran itu. Karuniakanlah ridha-Mu kepada para sahabat yang mulia sebagai ganjaran atas apa yang telah mereka perjuangkan.